Tuesday, December 3, 2013

LASKAR PELANGI

LASKAR PELANGI

Mimpi adalah kunci
untuk kita menakhlukkan dunia
Berlarilah tanpa lelah
sampai engkau meraihnya

          Laskar pelangi
          takkan terikat waktu
          Bebaskan mimpimu di angkasa
          warnai bintang di jiwa

Menarilah dan terus tertawa
walai dunia tak seindah surga
Bersyukurlah pada yang kuasa
cinta kita di dunia
selamanya...

Thursday, July 18, 2013

AKU

     Aku tau aku tidak sempurna
     Aku tau aku tidak hebat
     Aku juga tau aku tidak terkenal

Tuesday, July 16, 2013

Sebuah bahasa yang di namakan "PERPISAHAN" :')

     3 tahun kita bersama
     1095 hari kita mengikat persahabatan
     65.700 jam kita bersuka-duka
     3.942.000 menit kita berbagi pengalaman
     236.520.000 detik kita berkawan

Sang Gerhana

     Hari ini aku berjalan di atas lubang lautan
     Esok hari aku berlenggok di atas lautan bunga
     Lusa hari aku berlari di atas serpihan kaca

Tuesday, July 9, 2013

KEHILANGAN - Part 12

     “Gimana? Masih senang dipeluk sama romeonya?”, tanya kak Adi
“Kok kakak bisa...”
“Ya bisa lah de, tadikan kakak lihat langsung proses Adib nembak ade”, katanya tertawa.
“Apaan sih kak!”, jawab ku
“Alaah, nggak usah malu-malu cicak begitu”, katanya lagi
“Kucing kakaakk!”, sahut ku
“Iya-iya kucing”, sahutnya lagi.
Ku akui, sampai sekarang aku masih belum percaya kak Adib bicara seperti tadi dengan ku. Dan parahnya lagi, kak Adi tahu bagaimana kejadiannya! Ihh, itukan malu-maluin. Awas aja sampai dia ngadu ke mama. Habislah awak!
“Pagi Wiraaaaaa...”, teriak Lea dan Naira mereka setelah memasuki ruang VIP tempat aku terbaring.
“Pagi...girang banget neng. Ada apa nih?”, tanya ku
“Halaah, pura-pura nggak tahu lagi. Udah ngaku aja, kemaren kamu jadian kan sama kak Adib? Ayoo ngaku!”, tanya Naira
“Kalo nggak ngaku, ini bisa melayang loh”, jelas Lea sambil mengangkat vas bunga yang terletak diatas meja.
“Leeaaaaa!!!”, teriak ku bersama Naira
“Kembalikan!”, bentak ku
‘Iya-iya. Lagi sakit juga sempat-sempatnya marah”, kata Lea
“Apa kamu bilang?”, tanya ku
“Nggak kok, hehe”, jawabnya
“Cuma bertiga aja ributnya sampai luar loh”, kata kak Adi
Ya, pagi ini aku ditemanin oleh tiga orang yang membuat ku dapat tertawa lepas. Siapa lagi kalau bukan Naira, Lea dan kak Adi. Tapi, seorang lagi yang tidak ada. Tak apalah.
“Ra, jangan bilang...”, kata Lea
“Hihi, iya. Kak Adi sudah menemani ku lama disini. Jadi jangan heran ya”, jelas ku pada Lea dan Naira.
“Jadi, apa yang mau kita lakukan sekarang?”, tanya kak Adi jahil
Pembicaraan pun kamu mulai. Topik pertama yang kami mulai adalah tentang sekolah. Iya, aku rindu dengan sekolah, karna itu aku meminta Lea dan Naira menceritakan tentang sekolahan. Tidak hanya itu, kami berempat juga bercerita tentang yang lain loh, hihi!
“Pulang dulu ya kak, nanti kesini lagi kok”, kata Lea sambil bangkit dari tempat duduknya.
“Wiranya nggak usah dibangunin ka, kasian dia. Mungkin dia kelelahan”, kata Naira
“Salam aja kak”, kata Lea kembali
“Iya, nanti kalau Wira sudah bangun kakak sampaikan salam kalian”, kata kak Adi
Samar-samar ku lihat bayang seorang berada di samping ku. Kak Adi. Abang ku yang satu ini masih tetap setia menjagai ku. Kasihan dia. Saat aku bangun, aku memutuskan untuk mandi sore. Saat aku keluar dari kamar mandi, ku dapati kak Adi tidak sendirian. Dia bersama seseorang yang sangat ku kenali.
“Ciee, ada yang dijemput sama romeonya”, kata kak Adi
“Apaan sih ka”, jawab ku manyun
“Kakak udah lama disini”, tanya ku pada kak Adib
“Nggak juga de, baru aja datang”, jawabnya
“Kakak pulang dulu ya de. Ada yang mau kakak ambil. Nanti balik kesini lagi kok”, kata kak Adi
“Oh iya ka, makasih ya kak. Hati-hati dijalan”, pesan ku
“Tenang aja. Dib, jaga ade gue ya”, pesan kak Adi pada kak Adib
“Oke bro”, jawabnya.                   
Setelah kak Adi berlalu untuk pulang, sekarang diruang kamar rawat ku hanya ada aku dan kak Adib. Setelah hening sejenak, akhirnya kak Adib memulai pembicaraan lebih awal.
“De”, panggilnya
“Iya kak?”, sahut ku
“Kakak mau mengajak ade ke suatu tempat malam ini. Ade bisa ikut kakak kan?”, tanyanya
“Emm...iya kak. Asalkan kakak nggak malu aja jalan sama Wira”, jawab ku
“Malah kakak senang  bisa jalan sama bidadari kakak”, gombalnya“Dasar cowok”, sahut ku malu-malu

KEHILANGAN - Part 11

Hari ini bagi raport untuk semester 2. Aku tidak dapat turun sekolah, karena hari ini aku harus menjalani cuci darah. Tapi, kabar yang dibilang oleh orang tua ku, aku terkena demam. Itu juga karna aku yang minta. Aku tidak ingin mencemaskan teman-teman ku. Hanya Orang tua, kak Echa, dan kak Adi yang tahu. Ya, kak Adi telah mengetahui tentang penyakit ku ini. Telah banyak pengalaman yang ku lewati dengannya, menjadi bekal untuk ku agar dapat melewati cuci darah ku yang pertama ini.
“Gimana de? Nyenyak tidurnya?”, tanya kak Adi bagaikan seorang pangeran yang menanyakan tentang adiknya yang seorang putri tidur.
“Iya kak”, jawab ku. Hanya kata itu yang dapat ku katakan padanya.
“Wira peringkat keberapa ka?”, tanya ku pada kak Adi
“Ke-5 de. Meningkat 10”, jawabnya senang.
“Alhamdulillah”, sahut ku
Kini, aku tak dapat berbuat banyak. Perilaku ku telah dibatasi. Program diet ku telah ku hapuskan. Yang terpenting sekarang adalah kesehatan ku. Disekolah, aku lebih banyak diam didalam kelas daripada keluar kelas. Tapi aku bersyukur, karna itu juga aku dapat lebih konsen untuk belajar. Ya, sekarang aku sudah kelas 3 SMP. Beberapa bulan lagi aku akan menjalani UN. Oleh karna itu, aku harus lebih giat belajar, agar aku dapat membuat orang tua ku bangga dengan nilai ku.
Kelemahan ku dalam pelajaran adalah dalam bidang Matematika. Untung ada kak Adi yang mau mengajari ku cara belajar Matematika yang baik, akhirnya, makin hari aku makin mahir dalam mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan hitung-hitungan.
“Mudahan lancar ya de ujiannya”, kata kak Adi

“Amiiinn kak”, sahut ku
Perlahan, ku pejamkan mata ku untuk merasakan kembali ketenangan saat berada di atas bukit. Kali ini tanpa kak Adi pastinya. Kedua tangan ku memegang pagar pembatas lantai paling atas dirumah sakit tersebut. Ku pegang erat-erat. Ku rasakan karat pagar yang bergesekkan dengan kulit ku. Ku nikmati hembusan angin yang menerpa badan ku.
Kembali ku rasakan pusing di kepala ku. Kali ini berbeda. Yang ku tahu, aku merasakan pusing ini saat sedang berada dekat dengan kak Adib. Ya, sosok yang hilang dari kehidupan ku. Aku tak tahu bagaimana kabarnya sekarang. Tiba-tiba aku langsung berfikir, pusing? Kak Adib? Masa iya kak Adib di dekat ku?
“De”, panggil seseorang dari belakang
Suara itu? De? Langsung saja aku berbalik dan yang ku dapati adalah...
“Kakak?”, kata ku tak percaya
“Kenapa kakak bisa...”
“Kakak sudah tau de. Bahkan sudah tahu lama tentang penyakit ade”, katanya
“Maksud kakak? Wira masih nggak ngerti kak”, tanya ku
Kak Adib berjalan mendekat ke arah ku, bahkan sekarang telah berada di samping ku. Hati ku berdebar begitu kencang. Rasa pusing yang ku rasakan berganti menjadi rasa deg-degan.
“Ade masih ingat saat ade pingsan dikantin?”, tanyanya sambil melirik ku
“Emm, iya”, kata ku sambil mengingat
“Memangnya ada apa kak?”, tanya ku lagi
“Saat ade mau jatuh, kakak yang menolong ade supaya tidak jatuh ke lantai. Saat itu juga kakak minta bantuan ibu kantin untuk membawa ade ke rumahnya. Karna kakak nggak mau teman ade yang lain kalau ade sedang sakit. Dan kakak juga yakin, itu bukan mimisan yang biasa”, jelasnya
“Trus, kenapa kakak nggak ada waktu Wira sudah sadar?”, tanya ku dengan nada sedikit meninggi.
“ Yang itu...kakak belum siap de”, jawabnya penuh dengan penyesalan
“Belum siap apa kak?”, tanya ku dengan penasaran
Seketika dia berbalik, berjalan menuju kearah ku. Kaki ku melangkah mundur satu langkah saat dia berada didepan ku. Dan kembali dia maju satu langkah dan kini...dia tepat berada didepan ku! Aku tidak pernah menyangka bahkan berfikir akan sedekat ini dengannya. Kedua tangannya menganbil kedua tangan ku dengan lembut. Diangkatnya tangan ku hingga berada didepan dadanya.
“Belum siap...untuk bilang...bahwa...kakak...”, katanya terbata-bata
“Bahwa kakak apa?”, tanya ku makin penasaaran
“Bahwa...kakak...selama ini...sayang sama ade”, ujarnya
Sontak, kepala ku terangkat. Mata ku sedikit melebar setelah mendengar perkataannya itu. Sayang sama aku? Kenapa kakak nggak bilang dari dulu sih kak? Aku kan bakal bilang “iya” kalau kakak minta aku untuk jadi cewek kakak, kata ku dalam hati.
“Maaf de, dulu kakak ingin menguji perasaan ade ke kakak. Apa ade tulus apa nggak sayang sama kakak”, jelasnya lagi
“Tapi nggak selama ini juga kan ka!”, bentak ku kesal.
Tiba-tiba air mata ku menetes. Satu, dua, tiga, empat, lima, hinga seterusnya. Kini, aku benar-benar tidak dapat membendung kekesalan ku. Tiba-tiba ku rasakan sebuah pelukan hangat. Sebuah kehangatan yang belum pernah ku dapati selain pelukan seorang Ibu. Sebuah pelukan yang tulus. Ya, kak Adib memeluk ku dari belakang!
“Karna itu kakak kesini ingin meminta maaf sama ade”, katanya lagi
“Hanya itu kak?”, tanya ku lagi
Kemudian dia memutar balik badan ku, hingga sekarang aku telah berada telak didepan badannya. Ya, kini kak Adib memeluk ku dari depan!
“Kakak juga mau bilang, maaf ade sudah menunggu kakak terlalu lama. Maaf untuk semua kesakitan yang ade dapatkan dari kakak. Semua itu terjadi tanpa sengaja dari kakak de. Ade ngerti kan maksud kakak?”, jelasnya panjang lebar
“Iya kak, Wira ngerti maksud kakak”, jawab ku singkat
“Jadi, mulai sekarang, bila ade masih melirik pria lain, tamat riwayat ade”, ujarnya memberi ku ultimatum.
“Maksud kakak?”, tanya ku lagi tak percaya
“Iya de. Sudah sini, kakak masih mau dipeluk sama ade”, katanya tanpa dosa
Apa? Ini kah yang dinamakan cinta sejati? Ini kah yang dinamakan kenikmatan duniawi? Jadi sekarang? Oh tidak! Sekarang aku memiliki hubungan dengan seseorang yang ku puja-puji dalam keheningan. Seseorang yang telah memberi warna dalam hidup ku. Seseorang yang dulunya berstatus “kakak kelas” bagi ku kini berganti menjadi “kekasih”! Terima kasih Tuhan. Aku tahu Engkau Maha Adil. Maha Mengetahui. Maha Bijaksana.


Kanker Otak? Apa itu?

     Kalian pasti mengetahui istilah atau sebutan penyakit ganas dengan kata kanker atau tumor. Apa yang pertama kali kalian bayangkan saat mendengar kata-kata itu? Kesakitan? Operasi, bedah, atau radiasi? Ataukah kematian?
     Ya, banyak yang mengatakan bahwa kematian sering kita alami saat kita sedang sakit. Padahal kematian itu adalah suratan takdir yang harus kita lewati. Berkaitan dengan penyakit, kali ini saya akan membahas tentang kanker. Kanker otak lebih tepatnya. Berikut mari kita mengenali lebih jauh tentang apa itu kanker otak, gejala dan ciri-cirnya, pengobatan, dan efek samping dari penyakit tersebut.

Apa itu Kanker Otak?
     Kanker otak adalah sebuah penyakit tumor ganas yang tumbuh di dalam sel otak, penyebab ada dua, yaitu berasal dari sel otak sendiri atau primary brain cancer atau berasal dari organ lain yang menyebar ke dalam otak manusia (secondary atau metastatic brain cancer). Ada beberapa jenis dalam kanker ini yang sangat dikenal oleh masyarakat contohnya antara lain glioma, meningioma, pituitary adenoma, vestibular schwannoma, dan medulloblastoma.
     Salah satu yang mungkin disebut ciri-ciri, tidak seperti jenis kanker pada umumnya,penyakit  kanker otak sangat jarang menyebar ke dalam jaringan yang lain sehingga penggolongannya sendiri hanya didasarkan pada cepatnya pertumbuhan sel kanker itu sendiri. Stadium 1(satu) berartu sel kanker masih tampak normal dengan pertumbuhan yang lambat, sedangkan pada stadium 4(empat) berarti sel kanker tampak abnormal dengan pertumbuhan yang sangat cepat.
     Menurut National Cancer Institute diperkirakan setiap tahun terdapat 22.000 kasus baru kanker otak yang terjadi di seluruh belahan penjuru dunia. Yang sangat mengkhawatirkan tingkat kematiannya cukup tinggi, sekitar 13.000 per tahun. Jadi sebaiknya kita selalu waspada terhadap gejala dan ciri-ciri yang mungkin terjadi terhadap kita.

Penyebab Terjadinya Kanker Otak
     Seperti yang telah disebutkan diatas, terdapat dua penyebab yang dapat menyebabkan penyakit ini, berikut penjelasan lebih lengkap

    Primary brain cancer terjadi karena perubahan struktur Deoxyribo Nucleid Acid (DNA) sehingga membuat pertumbuhannya tidak terkendali. Pemicu perubahan DNA sampai sekarang tidak diketahui pasti, namun diduga karena berbagai macam faktor yang berpengaruh seperti radiasi, asap rokok dan infeksi virus tertentu.

     Secondary brain cancer terjadi disebabkan oleh pertumbuhan sel kanker pada jaringan lain yang kemudian menyebar hingga sampai ke otak. Jenis kanker yang paling banyak menyebar hingga ke otak antara lain kanker payudara, kanker usus, kanker ginjal, kanker paru dan kanker kulit.

Gejala dan Ciri-Ciri Kanker Otak
     Perlu kita semua ketahui bahwa pertumbuhan kanker otak dapat meningkatkan tekanan di dalam tengkorak, sehingga sering kali menimbulkan rasa nyeri dalam kepala. Tekanan yang terus meningkat ini dapat memicu kerusakan pada saraf dan berbagai organ yang terdapat di kepala  sehingga memunculkan gejala ataupun ciri-ciri sebagai berikut ini.
  • Sakit kepala di tempat atau waktu yang tidak biasanya
  • Sakit kepala yang makin sering atau makin parah intensitasnya
  • Gangguan penghilatan, misalnya pandangan kabur atau penglihatan ganda
  • Kaki dan tangan sering mati rasa atau susah digerakkan
  • Susah menjaga keseimbangan
  • Mudah bingung menghadapi persoalan sehari-hari
  • Perubahan perilaku atau kepribadian
  • Kejang-kejang, padahal tidak punya riwayat epilepsi
  • Pendengaran berkurang.
  • Mual muntah yang tidak jelas penyebabnya
Itulah berbagai macam ciri-ciri yang mungkin merupakan adalah gejala yang terjadi saat manusia mengalami penyakit kanker otak.

Pengobatan Kanker Otak
     Setelah mengetahui gejala dan ciri, sekarang kita bicara tentang pengobatannya. Ada beberapa terapi untuk kanker otak yang tergantung berdasarkan jenis dan ukuran sel kanker.

1. Radiasi
Yang sering digunakan untuk mengobati kanker otak adalah radiasi Sinar-X, dengan cara ditembakkan dari luar. Terapi ini sering dipakai setelah operasi, berguna membersihkan sel-sel kanker yang kemungkinan masih tersisa. Efek samping dalam terapi ini adalah dapat menimbulkan sakit kepala, rasa letih dan iritasi kulit kepala.

2. Bedah
Operasi dilakukan untuk kanker yang bisa dijangkau lewat pembedahan dengan syarat tidak berada di dekat bagian otak yang sensitif. Dengan cara ini risiko pembedahan pada kanker otak cukup tinggi, mulai dari kerusakan saraf yang bisa memicu gangguan panca indra serta perdarahan di otak yang bisa memicu infeksi.

3. Kemoterapi
Keluhan paling sering saat menggunakan obat-obat kemoterapi adalah mual muntah. Kerontokan rambut juga sulit dihindari karena obat-obatan tersebut tidak spesifik, hanya membunuh sel-sel yang pertumbuhannya relatif cepat antara lain sel kanker dan sel rambut.

     Sekarang anda sudah mengetahui apa itu kanker otak termasuk dengan  penyebab, gejala atau ciri-cirinya. Disertakan juga secara singkat tentang bagaimana pengobatan bagi penderita. Bagi yang mengalami gejala-gejala diatas jangan berfikir negatif dulu. Silahkan periksa kesehatan anda dengan dokter yang anda percayai. Agar pengobatannya tidak setengah-setengah. Bagi yang telah membaca artikel saya, terima kasih :)

Thursday, July 4, 2013

Resep dan Cara Membuat Pancake Coklat Ice Cream(:

Pancake Coklat Ice Cream

           Saat ini banyak sekali kafe-kafe yang menawarna menu makanan berupa pancake. Entah itu pancake dengan toping saus caramel or pancake dengan toping saus coklat dan ice cream yang menggoda. Apa yang pertama kali kamu fikirkan ketika mendengar kata "pancake"? Terserah mu, yang terpenting cukup 1 kata yang dapat diucapkan. Enak! Ya, pancake itu enak!
          Bicara tentang pancake, mungkin kita hanya dapat menikmatinya disebuah restoran mahal atau kafe-kafe yang terkenal. Tahukah kamu, ternyata membuat pancake sangatlah mudah. Bahan dan alatnya pun terbilang sangat murah dan sederhana. Kali ini saya ingin memberikan sebuah resep dan cara membuat pancake untuk anda-anda yang ingin membuatnya dirumah dan mencobanya dengan karya anda sendiri :)

Bahan:
  • 200 gr Tepung terigu
  • 2 sdm Cokelat Bubuk
  • 2 sdm Gula Pasir
  • 500 ml Susu Cair
  • 2 butir telur 
  • 2 sdm margarin, lelehkan
Toping/Pelengkap:
  • 900 ml Es Krim Cokelat atau sesuai selera
  • Saus coklat
  • 8 potong buah stroberry atau lebih
  • 2 sdm gula pasir bubuk
Cara membuat:
  1. Campur Tepung Terigu, Cokelat bubuk, Gula Pasir dan Susu Cair dalam wadah.
  2. Aduk menggunakan whisk sampai tercampur rata
  3. Masukkan Telur, aduk kembali.
  4. Masukkan Margarin yang telah di lelehkan, aduk rata.











    5. Ambil satu adonan menggunakan sendok sayur.
    6.Kemudian, tuangkan di atas wajan anti lengket (mulai dari tengah ya, biar gak belepotan dan    
       agar bentuknya bisa bulat sempurna). Sebaiknya menggunakan pan dadar uk. 20 cm, agar bentuk
       pancake bisa diperkirakan ketebalannya a.k.a gak ketipisan atau ketebalan dan menggunakan api
       kecil.
    7.Jika sudah matang (bisa dilihat dari pinggiran cake yang sudah mengering), balik pancake 
       sebentar saja dan angkat.
    8.Masak adonan sampai habis. Kemudian Tata pancake di atas Piring, ambil duaskup ice cream 
      coklat, lalu tuang saus coklat diatas pancake dan ice cream. Kemudian berilah sedikit plating
      menggunakan toping stroberry dan yang terakhir berilah taburan gula bubuk diatasnya sedikit
      saja.

    9. Pancake coklat ice cream siap disajikan:)

Pancake Coklat Ice Cream^o^

Saturday, June 29, 2013

KEHILANGAN - Part 10

               “Permisi, Bu. Saya minta izin ke belakang sebentar?”, tanya ku pada guru ku yang sedang mengajar.
                “Ya, silahkan”, jawabnya.
                “Terima kasih, Bu”, sahut ku
                Secepatnya aku berlalri ke toilet. Setelah aku sampai disana, aku memasuki sebuah kamar mandi kecil. Setelah aku keluar dari sana, langkah ku terhenti pada bercak merah ditangan ku. Apa ini? Mungkinkah ini darah? Tapi darimana?
 Setelah aku pergi ke kantin hanya untuk bercermin, ternyata baru ku sadari. Mimisan? Aku mimisan? Kenapa? Aku tidak pernah merasakan sesuatu! Tepat saat itu juga kepala ku mendadak menjadi sakit, penglihatan ku menjadi buram, makin gelap, gelap, gelap, tunggu! Aku melihat seseorang di ujung mata ku. Siapa itu? Sepertinya aku mengenalnya, kata hati ku berbicara. Hingga saatnya aku tidak sanggup menahan sakit yang ku rasakan, akhirnya semua penglihatan ku menjadi gelap, kali ini benar-benar gelap.
“Ra, sudah sadar?”, tanya seseorang
Perlahan ku buka mata ku.
“Saya dimana Bu?”, tanya ku pada orang itu
“Wira dirumah ibu. Tadi ada seseorang yang meminta ibu untuk menjaga kamu saat kamu pingsan”, jelas orang itu.
Oh, ternyata ini ibu kantin.
“Terima kasih ya Bu. Wira minta, ibu jangan pernah ceritakan hal ini kepada siapapun. Hanya Ibu, Wira, orang itu, dan Tuhan yang tahu Bu.”, jelas ku kali ini
“Iya Ra, Ibu janji”, jawabnya
             To: Kak Adi Cahyo S
                Cepat dong ka, dingin nih di luar. Lama banget ganti bajunya!
              From: Kak Adi Cahyo S
                Iya sabar, bentar lagi juga keluar.
                “Manyun amat mulutnya, entar nggak imut lagi loh de”, ledek kak Adi
                “Habisnya kakak lama betul, ngapain aja sih kak? Wira aja nggak dandan selama kakak”, omel ku panjang lebar
                “Kakak nggak dandan kok de, sengaja aja buat ade nunggunya lama. Biar bisa liat muka manyun ade”, jawabnya sambil tertawa dan berlari dari hadapan ku
                “Apaa?!! Kakaaakkk!!”, panggil ku setengah berteriak.
                Pagi ini, aku dan abang ku, panggilan dari ku untuk kak Adi, telah berjanji akan berolah raga bersama pagi ini. Lagian, ini juga buat program diet ku. Karna abang ku baik, jadi dia mau deh menemani ku untuk berolah raga walaupun hanya sekedar lari pagi. Makasih kakak.
                “Capek nih kak”, rengek ku pada kak Adi
                “Yee, baru juga jalan sebentar udah capek. Baru permulaan nih de, ayo semangatnya mana..”, katanya menyemangati ku
                “Bantuin jalan kak”, rengek ku kembali
                “Manjanya ade ini. Sini, cepat jalaann”, jawabnya sambil mendorong ku dari belakang.
                “Makasih abang”, kata ku tersenyum puas, emang enak dikerjain!
                “Iya sayang”, jawabnya sambil menahan emosi.
                Wkwkwkwkk, seru juga, pikir ku. Matahari mulai menampakkan cahayanya. Mencoba menyinari seluruh permukaan bumi. Udara yang tadinya dingin perlahan menjadi hangat. Burung-burung bernyanyi dengan riangnya. Ayam-ayam mulai mencoba membangunkan umat manusia.
Sekarang, aku berada di atas bukit bersama kak Adi. Tempat yang indah, hati ku berbicara. Kami beristiahat sebentar setelah melalui perjalanan panjang dari rumah kak Adi menuju bukit ini. Cukup melelahkan. Tapi itu semua terbalaskan dengan pemandangan yang ada disini.
“Uwaaaa, indah banget pemandangannya”, kata ku memuji tempat ini
“Jangan mulai lebay deh de”, olok kak Adi
“Kenapa sih kak? Iri ya Wira sampai duluan? Kasian deh lu”, olok ku kembali
“Itu juga karna kakak yang dorong ade dari belakang”, jawabnya sedikit manyun
“Hahaha, emangnya enak dikerjain. Siapa suruh ngerjain orang, itu sudah balasannya”, ledek ku
“Oh awas kamu de ya, pulang jalan sendiri nanti ade”, katanya dengan nada sedikit emosi. Tapi ku tahu, dia hanya bercanda.
“Bagus ya de pemandangannya, udaranya masih segar”, kata kak Adi
Aku yang tadinya duduk, kini telah berdiri. Kemudian aku merentangkan kedua tangan ku dan memejamkan kedua mata ku...
“Betul banget kak. Andai boleh memilih, Wira mau hidup lebih lama lagi disini”, kata ku perlahan tapi pasti
“Ade suka?”, tanya kak Adi. Yang tadinya dia duduk, sekarang sudah berdiri dan berada tepat dibelakang ku sambil kepalanya menengok ke arah depan wajah ku. Aku pun menoleh ke arahnya dan menjawab...
“Iya kak”, kata ku dengan tenang
“Akhirnya kakak benar-benar mempunyai ade sekarang”, jawabnya sambil berdiri disamping ku
“Jadi selama ini kakak nggak anggap Wira ade kakak?”, tanya ku manyun
“Bukan gitu. Ade memang adenya kakak. Bahkan bisa dibilang ade tuh ade kesayangan kakak. Kakak senang aja bisa merasakan kebahagiaan bersama orang yang kakak sayang. Rasanya, kakak ingin menghentikan waktu dan merasakan keadaan ini lebih lama lagi”, jelasnya
“Iya kak, Wira juga senang punya kakak seperti kakak. Bukannya Wira tidak menganggap kak Echa itu kakak Wira, tapi Wira senang akhirnya Wira mendapatkan kasih sayang seorang kakak saat ini”, jelas ku tak mau kalah.
Pagi ini benar-benar membuat ku tenang, seperti tak ada beban lagi di pundak ku. Ku rasakan kebebasan yang mendalam. Belum pernah aku merasa setenang ini. Terima kasih Tuhan. Berkat Engkau, kini aku dapat merasakan kasih sayang seorang kakak. Seorang malaikat yang dapat membuat ku merasa nyaman, merasakan dunia ini penuh kedamaian. Hingga akhirnya ku dengar pertanyaan itu..
“Ade kenapa? Mimisan ya?”, tanya kak Adi cemas
“Apa kak?”, tanya ku balik
“Ini”, tanyanya tak percaya sambil memegang bagian bawah hidung ku.
Tuhan, tolong jangan sekarang!


                 To be continued...

KEHILANGAN - Part 9

            Sebentar lagi pembagian raport untuk UTS semester 2. Cepat banget kan? Waktu semester 1, peringkat ku menurun akibat aku sering tidak turun sekolah. Itu dikarnakan aku sering sakit loh ya bukan karna aku bolos sekolah. Penyebabnya karna sesak nafas. Setelah diperiksa, ternyata lambung ku ada yang infeksi. Karna sering nggak makan, lebih tepatnya terlambat makan, saat pernafasan ku beradu dengan gas lambung ku, akibatnya aku bisa terkena sesak nafas kapan saja. Ada sedikit penyesalan sih, tapi tak apalah.
Oh iya, saat pertama kali aku sakit, kak Adib datang menjenguk aku ke rumah sakit loh. So sweet kan. Tapi tetap saja aku tidak bisa apa-apa, tangan ku saja diinfus. Biar begitu, aku tetap senang, ternyata kak Adib masih peduli dengan ku, hihi.
“Wira Natalie Sanjaya”, panggil wali kelas ku
Aku pun maju menuju meja guru dengan perasaan yang sedikit gugup. Rasa ingin sekali aku berbalik menuju meja ku, terus aku mati mendadak, kemudian hidup kembali, barulah ku ambil raport ku. Tapi aku yakin itu semua takkan terjadi!
Setelah aku menerima raport ku, dan ku buka. Disana terpampang tulisan yang membuat ku...
“Alhamdulillah. Ahaayy, hore-hore yes yes”, oceh ku tanpa punya rasa malu di depan kelas. Semua mata tertuju pada ku, seketika ku sadari aku telah melakukan kesalahan yang fatal.
“Ahahahahah”, gelak tawa teman sekelas ku pecah
“Sorry”, kata ku tanpa dosa. Kemudian aku berjalan menuju meja ku.
Peringkat ku kali ini menaik, yaitu peringkat ke-15! Horeee, walaupun hanya naik tiga peringkat sih ya, tapi nggak apa-apa lah. Itu kan juga usaha ku.
“Nanti malam nonton aku ya”, kata Vivi
“Iya Vi”, jawab ku.
Nanti malam rencananya aku dan sahabat-sahabat ku yang lain akan menonton Vivi lomba menari tradisional di Taman Promosi Arena Putri Petong, tapi aku lebih suka menyebutnya MTQ.
Saat malam tiba, aku memutuskan untuk menunggu Kiky dan Tasya di parkiran. Setelah mereka datang, kami pun berjalan-jalan sebentar untuk melihat pameran yang ada di sekeliling taman. Saat acara hendak dimulai..
“Hey cewe!”, kata seseorang
‘Hey Au, sama siapa?”, tanya ku
“Sama Alda nich”, jawabnya
“Alay lu”, sahut ku mengoloknya
Ya, malam ini hanya kami berlima yang menonton Vivi. Tak apalah, disini kan rame, bukan kaya kuburan. Setelah asyik menonton, kami pun bubar menuju belakang panggung, mendatangi Vivi. Tidak lama handphone ku bergetar
            From: Kak Adi Cahyo S
                Ade
             To: Kak Adi Cahyo S
                Iya kakak
             Obrolan kami yang panjang lebar membuat kami menjadi seru satu sama lain. Berbagai topik telah kami bicarakan. Ya, akhir-akhir ini aku telah dekat dengan kak Adi, mantan kekasih Naira. Tapi jangan salah paham dulu, aku memang sudah dekat mulai kelas 7. Saat UN, aku yang mencoba menyemangati kak Adi untuk tetap belajar santai dan tidak tegang. Diantara kedua sahabatku, kata kak Adi, hanya aku yang begitu padanya. Setelah dia selesai ujian, dia berterimah kasih pada ku karna telah membuatnya tenang dan santai saat menjalani ujian. Sama-sama kakak.
                “Aku pulang duluan ya”, kata ku pada teman ku
                “Iya”, jawabnya
                 To: Kak Adi Cahyo S
                    Wira diluar ka
                 From: Kak Adi Cahyo S
                    Iya sebentar
                 Tak lama kemudian kak Adi pun keluar dari rumahnya. Belum sempat dia berbicara atau sekedar menyapa ku, aku telah memotong omongannya terlebih dahulu.
                “Minta minum nah kak, hausss”, kata ku dengan nada memelas yang dibuat-buat
                “Oh jadi kesini cuma buat minta minum, gitu?”, tanyanya dengan wajah geli
                “Nggak juga sih, tadi jalan nggak bawa uang jadi nggak bisa beli minum. Cepat nah kak ambilin, hehe”, jawab ku
                “Iya-iya bentar, duduk dulu sana”, katanya
                Tidak perlu menunggu lama. Kak Adi bukan orang Indonesia yang mempunyai prinsip jam karet kok, hahaha.
                “Nih”, katanya sambil menyodorkan segelas air putih
                “Makasih”, jawab ku.
                Dengan cepat air dalam gelas tersebut ku habiskan.
                “Haus banget kayanya”, katanya sambil melihat ku dengan tatapan ingin tertawa tapi ditahan
                “Haha tau aja”, jawab ku malu-malu
                “Wkwkwk dasar memang ade ini!”, ucapnya dengan tawa yang bebas
                Setelah selesai minum, kami berbicara panjang lebar tentang diri masing-masing. Aku bercertia tentang peringkat ku yang naik, dan dia bercerita tentang nilainya yang katanya banyak nggak tuntas. Dan jumlahnya sangat luar biasa. Ada enam! Wuiihh, banyak amet bang. Perbincangan kami membuat ku sampai lupa waktu untuk pulang kerumah. Padahal tadi janjinya nggak malam-malam banget pulangnya.
                Just a fraction of your love fills the air. And I fall in love with you, all over again, oooh. You’re the light that feeds the sun, in my world. I’d face a thousand years of pain, for my boy.
                Nada dering handphone ku berbunyi, dan...
                “Sudah jam berapa ini?”, tanya seseorang disebrang sana.
                “Iya, ini sudah mau pulang”, jawab ku sambil memutuskan sambungan.
                Ya, ayah ku telah menyuruh ku pulang. Mau tak mau obrolan ku dengan abang ku satu ini harus terhenti. Tak apalah masih ada hari lain, kata ku dalam hati.
                “Pulang dulu ya kak”, kata ku
                “Iya, bilang apa?”, tanya kak Adi dengan wajah misteriusnya
                “Makasih kakak minumnya. Assalamu’alaikum”, jawab ku
                “Sama-sama, walaikumsalam. Langsung pulang ya de, jangan singgah-singgah lagi!”, katanya lagi dan lagi
                “Iya kakak”, sahut ku dengan wajah menahan sedikit amarah. Memangnya aku anak kecil yang baru bisa naik motor apa!


                To be continued...

KEHILANGAN - Part 8

                 From: TN Dhidil

                 Cepat ke MTQ atau nggak kamu bakal nyesel selama hidup mu!
                Ada apa lagi ini? Awalnya aku tidak menghiraukan pesan singkat dari Dhidil, tapi...
                “Ma, jalan duluu”, teriak ku sambil berlari menuju motor ku. Tak tahu jawaban apa yang diberikan oleh mama ku, tapi yang penting sekarang adalah aku harus buru-buru menyusul Dhidil.
                “Kamu ngapain disini?”, tanya ku pada Dhidil
                “Awalnya aku mau ngajak kamu latihan ngedance, tapi setelah kamu melihat yang satu ini, aku yakin kamu lebih memilih untuk memperhatiakn dia daripada memilih untuk latihan’, jelas Dhidil yang makin membuat ku bingung.
                Cepat-cepat datang kesini, hanya untuk mendengar penjelasannya yang sama sekali tidak  ku mengerti? Arrgh!!
                “De, mau liat jam keren nggak?”, tanya seseorang pada ku
                Suara itu? De? Jam? Seketika itu juga, dari yang tadinya aku duduk langsung berdiri dan berbalik. Dan saat itu juga...
                “Kak Adib?”, tanya ku terkejut
                “Iya, ade mau liat nggak?”, tanyanya sekali lagi
                “Mau ka”, jawab ku tanpa memalingkan wajah ku dari hadapannya
                “Nih”, katanya sambil melirik jam arloji yang diambilnya dari dalam sakunya.
                Seketika itu juga aku mengambil jam dari dalam saku ku.
                “Jam kita sama? Wah, couple dong”, katanya dengan tersenyum
                “Iya ka”, kata ku. Hanya kata itu yang dapat ku keluarkan dari mulut ku.
                Ternyata kedatangan ku kesini tidak sia-sia. Terima kasih Tuhan. Aku selalu percaya, dibalik kesakitan ku selalu ada obat yang menyembuhkannya.
“Dari mana saja sih Ra? Gladi kita diralat hanya karna kamu telat datang. Kamu kan pemeran utama, seharusnya kamu yang datang lebih awal”, oceh Lea panjang lebar.
                “Maaf Lea, tadi aku ada kepentingan sedikit dirumah. Ini aja aku sempat-sempatin buat gladi. Janji deh lain kali aku nggak terlambat lagi”, jelas ku
                Ya, hari ini aku GR buat perpisahan kakak kelas ku besok. Perpisahan! Itu tandanya ini saatnya aku untuk kehilangan sosok seseorang yang telah memberi warna dalam hidup ku. Walaupun dia hanya lulus dari sekolah ku, tetap saja aku tidak dapat melihatnya lagi tiap hari disekolah. Uhh, itukan rasanya nggak enak banget!
                “Ra, cepat masuk ini giliran mu!”, bisik Lea sedikit berteriak
                “I-iya”, sahut ku
                Setelah selesai GR aku mencari tempat untuk beristirahat. Setelah istirahat sebentar, akupun pulang. Sampai dirumah, aku mandi, kemudian aku ke kamar lalu mengunci pintu kamar ku. Aku telah melakukan berbagai macam pekerjaan hari ini.
Malam ini aku ingin berdiam diri dalam kamar. Berbagai peristiwa yang ku ingat kembali, dari suka, duka, gembira, kesal, bahagia, dan masih banyak yang lainnya. Ku pejamkan mata ku, dalam gelapnya malam aku ingin mendekatkan diri ku pada Tuhan. Meminta keheningan pada-Nya. Dengan perlahan mata ku terpejam. Saat itu juga, air mata ku, menetes!
                    “Setelah kita menyaksikan penampilan Seni Tari Tradisional dari ekstrakurikuler Tari, kini saatnya kita menyaksikan penampilan dari ekstrakurikuler Teater..!”, suara MC menggelegar diikuti tepuk tangan para tamu yang hadir didalam gedung.
                Ini saatnya aku memberi penampilan ku dengan semaksimal mungkin. Aku tak ingin dipandang jelek dimata banyak orang, terutama pada kak Adib. Satu per satu adegan ku lewatkan dengan rasa hati-hati, takut ada yang salah. Tiba saat adegan terakhir, hati ku merasa berdebar. Hingga ku dengar tepuk tangan para tamu memenuhi seisi gedung. Aku tak dapat melihat apa-apa. Mata ku kabur. Tapi tetap ku usahakan untuk bangkit, memberi hormat, dan kembali ke belakang panggung.
                “Keren banget Ra. Kak Adib aja dari awal sampai akhir berdiri cumu buat nonton kamu”, kata Naira
                “Beneran Nai?”, tanya ku penasaran
                “Sumpah”, jelas Naira
                Tuhan, jangan beri aku harapan yang tidak pasti!
“Peringkat ke-8? Wah, kamu meningkat Ra!”, kata Naira gembira
“Kamu juga Nai”, sahutku dengan senyuman
“Aku juga loh”, ujar Lea tak mau kalah
“Iyasudah”, kata ku dan Naira dengan wajah datar. Langsung saja wajah Lea manyun diikuti gelak tawa kami.
Sudah bisa nebak kan? Iya, hari ini bagi raport kenaikan kelas. Itu tandanya sekarang aku telah menjadi anak kelas dua SMP. Dan tandanya juga kak Adib sudah lulus dari sekolah menengah pertamanya. Aku hanya dapat mendoakan dari kejauhan ya kak, semoga kakak sukses. Apa yang kakak inginkan semoga cepat tercapai.
“Hey Ra! Ngelamun aja, mikirin apa tuh?”, tanya Lea
“Oh, nggak kok. Pulang yuks”, jawab ku
“Lebay lu”, kata Naira. Kami pun tertawa.


To be continued...

KEHILANGAN - Part 7

3 bulan setelah kejadian tersebut, aku lebih sering menghabiskan waktu ku dengan menyendiri. Merenung. Kenapa aku begitu bodoh membuang waktu ku begitu saja? Kenapa tidak dari awal aku masuk sekolah saja aku mengenal dia? Kenapa? Kenapa baru sekarang Tuhan mendekatkan aku dengan dia? Inikah yang dinamakan takdir? Ada apa dengan takdir ku? Bahkan aku sendiri tidak dapat mendefinisikan jalan hidup ku sendiri.
“Ra..”, panggil Eky, membuyarkan lamunan ku
“Eh, iya, kenapa Ky?”, sahut ku
“Nanti malam ke warung nasi goreng di Pabrik Piring ya,makan-makan aja.”, katanya
“Oh iya, kamukan ulang tahun ya. Happy B’day ya Ky”, ujar ku memberi selamat.

“Iya, jangan lupa nanti malam ya”, ujarnya mengingatkan
Setelah bingung berkeliling mau memberi apa untuk kado Eky, akhirnya aku, Lea, Aulya, dan Alda memutuskan untuk memberi Baju. Lagi nggak ada uang cuy, makanya cuma bisa ngasih baju daripada kita ngasih alat Medi Pedi yekaan? Hahaha.. Oh iya, pasti pada nanya kan, Naira kemana? Tenang, dia masih hidup kok, bahkan sehat wal afiat. Hanya saja dia nggak bisa ikut karna nggak ada yang ngantar dia. Maklumlah, rumahnya sedikit jauh dari perkotaan.
Selain kado buat Eky, aku juga udah siapin kado buat kak Adib. Jangan salah, ulang tahunnya bulan Agustus loh. Kado itu cuma buat kenang-kenangan aja sebelum dia lulus. Tadinya aku nggak tau pengen ngasihnya kapan, tapi setelah dipikir-pikir malam ini malam yang tepat.
“Nah Ky buat kamu”, kata kami hampir berbarengan
“Wuih, apa ini?”, jawabnya girang
“Buka aja nanti dirumah”, sahut ku
Mata ku masih berkeliaran untuk mencari sosok seseorang. Seseorang yang mempunyai hak atas kado ini. Dan setelah aku mendapatkan sosok itu, yang ku lakukan adalah...
“Aku pulang duluan ya Ky. Maaf aku nggak bisa masuk kedalam”, kata ku dengan lemas
“Loh kenapa gitu Ra?”, tanyanya heran
“Kita duluan ya Ky, bye”, sahut Lea diikuti oleh Alda dan Aulya.
Entah kemana aku akan pergi dengan mengendarai motor ku ini, tapi yang jelas, yang ku inginkan sekarang ini adalah lari dari kenyataan!
“Sabar ya Ra, aku tahu bagaimana perasaan mu sekarang ini, walaupun aku nggak bisa ikut merasakan. Paling tidak kamu masih punya tempat untuk bercerita mencurahkan isi hati mu”, ujar Lea menyemangati ku.
Ya, sepanjang jalan dia yang menyemangati ku. Mengingatkan ku untuk tidak menangis. Tapi apa daya, semakin aku mencoba melupakan kejadian itu semakin aku menangis.
“Aku mau pulang Le”, kata ku
“Antar aku pulang dulu ya Ra”, kata Lea hati-hati
“Tenang aja”, jawab ku
Setelah beberapa menit berselang, akhirnya kami tiba dirumah Lea. Badan ku masih lemas. Pikiran ku tak karuan. Pandangan ku kosong.
“Kamu bisa pulang sendiri kan Ra?”, tanya Lea pelan-pelan
“Bisa kok Le, kamu nda usah khawatir. Pulang dulu ya, bye”, jawab ku sambil berlalu.
Mungkin hanya aku yang terlalu berharap, padahal kenyataan telah berkata aku bukan siapa-siapa baginya!
Hari Rabu! Pikir ku. Tidak ada sama sekali keinginan ku untuk beranjak dari tempat tidur. Aku masih ingin tidur! Mencoba melupakan kejadian tadi malam. Ku lihat jam dikamar ku. 06:50? Apa?!! Sudah jam segini aku belum siap-siap? Kado? Mana kado? Secepat kilat aku berlalu dari kamar ku menuju kamar mandi tanpa sedikitpun membereskan kamar tidur ku yang berantakan ini. Arrgh, bodo ah!
Saat berada diparkiran, aku langsung berlari menuju kelas ku. Tapi, tidak tidak! Aku kembali lagi. Hanya ingin sekedar memeriksa, apakah hari ini dia datang kesekolah? Dan ternyata jawabannya TIDAK! Kembali aku berlari menuju ke kelas ku.
“Ada yang liat kado ku nggak?”, tanya ku to the point pada kedua sahabat ku
“Nggak tuh”, jawab Lea
Seketika hati ku sakit. Badan ku lemas. Pikiran ku tak karuan. Itu kan aku beli pakai uang tabungan sendiri! Tidak ada niat lagi dalam diri ku. Aku hanya dapat terduduk lemas di meja belajar ku. Tak tahu apa yag harus ku lakukan. Untung saja pelajaran pertama gurunya hanya memberi tugas dan tidak masuk ke kelas. Ada sedikit kelegaan dalam hati ku.
“Wira, ada kak Adib!”, panggil Naira
Kak Adib? Apa yang harus ku lakukan bila berhadapan dengannya? Aku memilih untuk tetap diam di meja belajar ku. Tanpa kusadari Lea meletakkan sesuatu didepan ku, lebih tepatnya diatas meja belajar ku.
“Inikan yang kamu cari? Cepat kasih sama kak Adib, daripada kamu berubah pikiran lagi untuk membuangnya!”, jelas Lea.
Kapan aku pernah berpikir untuk membuangnya?
“Tadi malam kamu mau membuangnya tapi ku tahan”, jelas Lea lagi
Tapi aku malu!
“Perasaan kamu orangnya nggak pernah tahu malu tuh”, jelas Lea lagi.
Seakan dapat membaca pikiran ku, dia menjawab semua pertanyaan ku dalam hati. Dia siapanya Demian sih? Tau aja apa yang ku pikirkan.
“Cepat, tunggu apalagi!”, bentak Lea dan Naira.
“Iya-iya”, sahut ku sambil mengambil kado tersebut dan berlalu
“Emm, anu..ini..emm..buat kakak”, kata ku terbata-bata
“Wuih, apa ini de?”, kata kak Adib
“Emm..buka aja nanti kak”, jawab ku
“Buat apa ini de?”, tanya kak Adib
“Anggap aja kenang-kenangan dari Wira sebelum kakak lulus”, jawab ku lagi dengan nada yang sedikit pelan. Oh Tuhan tolong, kali ini saja jangan biarkan aku menangis depannya, pinta ku dalam hati.
“Makasih ya de”, sahutnya
“Iya kak”, jawab ku lagi dengan suara serak
“Ade nggak lagi sakit kan?”, tanyanya dengan sedikit ragu
“Nggak kok ka”, jawab ku langsung berbalik. Untung aku sudah membelakanginya. Ya, saat itu juga air mata ku menetes. Kesedihan ku tak dapat ku bendung lagi. Sakit yang ku rasakan setelah mengucapkan kata-kata ku.
“Ade nggak apa-apa kan?”, tanyanya dengan hati-hati
“Iya kak”, jawab ku sambil berlalu dengan mengangkat kedua tangan ku yang menandakan “aku baik-baik saja”. Maaf kak, aku sudah berbohong pada kakak dan diri ku sendiri!
To be continued...

KEHILANGAN - Part 6

                “Baju yang bagus yang mana Ra?”, tanya Lea
                “Rambut ku udah rapi belum Ra?”, tanya Naira
                “Kalau pakai celana yang ini gimana Ra?”, tanya Lea lagi
                “Bedak aku nggak berantakan kan Ra?”, tanya Naira lagi
                “Udah stoopp! Kalian ini mau bikin coklat apa mau fashion sih?”, tanya ku, kesal.
                “Iyadeh maaf”, jawab mereka serempak
                “Pokoknya nggak mau tau, 5 menit lagi kalian udah harus ganti baju biasa, trus cuci muka kalian. Tanpa protes! Atau nggak aku pulang?!”, bentak ku
                “Iya-iya”, jawab Lea
                “Siap bos!”, sahut Naira
                Memang benar kata orang-orang, Indonesia ini jam karet. Dibilangin 5 menit, malah sampai setengah jam. Susah betul disiplinnya. Daripada nunggu kelamaan, Biar aku bikin coklatnya duluan aja. Ternyata benar, diIndonesia jam karetnya parah banget. Aku udah hampir selesai bikin coklatnya, Lea dan Naira baru mau bantuin aku. Telat neng!
                “Kemana aja kalian?”, tanya ku
                “Tadi beresin kamar Naira dulu”, sahut Lea
                “Uh, kalian kelamaan. Tuh, kalian tinggal dinginin coklatnya. Aku mau ke teras dulu”, kata ku.
                “Oke bos”, sahut mereka

                Sms kak Adib nggak ya? Pasti kalian yang baca bingung, kapan aku dapat nomor handphone kak Adib, yakan? Aku dapat dari Naira, nggak tau sih kalau Naira dapat darimana yang jelas aku...senang, yeheeyy.
               To: Kak Adib Adilah Wirhananda
                Wira ada bikin coklat ka. Kakak mau nggak? Kalau mau, besok Wira bawain.
                   Harap-harap cemas aku menunggu balasan dari kak Adib itu. Dan ternyata balasannya...
                  From: Kak Adib Adilah Wirhananda
                Wah enak tu de. Boleh kalau dikasih.
             Bisa kalian bayangin sendiri kan gimana reaksi ku saat itu. Tidak perlu ku ceritakan kalian juga tau sendiri pastinya, hehe..
Saat itu juga ku putuskan untuk pulang kerumah. Walaupun Lea dan Naira sedikit bingung, tapi ku yakinkan diriku tidak terjadi apa-apa. Setelah sampai dirumah, aku memutuskan untuk membuat coklat kembali. Yap, saat diperjalanan tadi aku menyempatkan diri ke pasar untuk sekedar membeli coklat. Dengan resep yang diberikan mama ku, aku dapat menyelesaikan coklat ku dengan sempurna, walaupun sampai larut malam.
                “Bangun jam berapa sih kamu Ra? Kok bisa sampai telat?”, tanya Lea
                “Iya nih Ra, untung pelajaran pertama bapaknya nggak masuk”, kata Naira
                “Ada keperluan dikit tadi makanya agak terlambat”, jawab ku, berbohong
                Seperti yang dikatakan Naira tadi, pelajaran pertama dikelas ku kosong, tapi pelajaran kedua aku dan teman-teman belajar. Untungnya pelajaran ketiga kosong juga, jadi ada kesempatan buat aku ngasih coklat ku ini buat kak Adib. Leleh nggak ya coklatnya? Hanya kalimat itu yang ku pikirkan selama aku belajar.
Setelah bel kelas berbunyi, aku keluar kelas melihat keadaan sekitar. Ternyata sudah banyak yang istirahat. Saat melihat sekeliling, mata ku berhenti pada seseorang yang berada dikelas IXB. Dengan baju kotak-kotak biru, celana biru tua, dan tidak lupa, dasinya. Yap, kak Adib biasa memakai dasi pada hari rabu juga, padahal teman-temannya yang lain nggak begitu loh. Aneh ya.
“Kak”, teriak ku sambil melambaikan tangan
 Kak Adib hanya memberi isyarat “kakak?” sambil tangannya menunjuk dadanya dengan wajah kebingungan
“Iya”, teriak ku lagi sambil mengangguk
Tak perlu menunggu lama, mungkin karna dia juga menginginkan coklatnya, kak Adib dengan cepat tiba didepan ku. Kepala ku kembali pusing. Tuh kan datang lagi kampungannya! Pikirku kesal.
“Nih ka janji Wira kemaren mau ngasih kakak coklat”, kata ku
“Bukannya orang Islam nggak boleh ngerayain hari Valentine ya de?”, tanyanya
“Iya memang ka”, jawab ku
“Trus ini apa?”, tanyanya penasaran
“Anggap aja hari ini hari Coklat ka, haha”, jawab ku dengan tawa.
Setelah sukses memberi coklat pada kak Adib, aku sering senyum-senyum sendiri kalau meningangat kejadian tersebut. Seperti tidak bisa dilupakan. Perasaan ku pun menjadi semakin tidak karuan. Ada bahagia setiap melihat dirinya. Tapi aku sempat bertanya, apakah nanti aku juga akan merasakan bahagia ini setelah dia telah lulus nanti? Aku tidak tahu jawabannya. Ku serahkan semuanya pada Tuhan.
To be continued...

Tuesday, June 25, 2013

KAHILANGAN - Part 5

          Beberapa hari telah berlalu, aku masih tetap memikirkan kejadian saat dikantin itu. Tidak seperti biasanya. Sudah beberapa kali aku mencoba melupakannya tapi tetap saja tak bisa. Dan kebiasaan buruk ku saat ini adalah melamun. Perilaku ku yang seperti mungkin dapat dibaca oleh kedua sahabat ku. Dan saat itulah semua rahasia ku terungkap.
                     “Hei ngelamun aja”, sapa Naira
                “Iya nih, mikirin apa sih Ra?”, tanya Lea ingin tahu
                “Nggak mikir apa-apa kok”, jawab ku cuek
                “Nggak mungkin kamu nggak mikir apa-apa. Pasti mikirin kejadian dikantin itukan. Hayoo ngaku?!”, tanya Lea
                “Ya enggak lah”, jawab ku gelabakan
                “Yakin enggak? Kalo enggak trus kenapa pandangan kamu akhir-akhir ini ke kakak kelas itu?”, tanya Lea sambil menunjuk seseorang disebrang kami. Yap, itu dia kak Adib!
                “Apaan sih Le, ngapain juga mikirin kak Adib. Dia aja ndada mikirin aku. Percuma ajakan. Nanti yang didapat bukan dianya malah dapat sakit hatinya!”, jawab ku sedikit kesal.
                “Kamu nggak lagi kesal kan Ra?”, tanya Naira hati-hati
                “Iya aku kesal! Hampir setahun aku suka sama dia tapi apa yang aku dapat? Dianya begitu-gitu aja nggak ada perubahan sama aku. Siapa yang nggak kesal coba? Peka sedikit kenapa sih! Salah gitu ya suka sama kakak kelas? Dosa gitu ya minta perasaan kita dibalas sama kakak kelas?”, jawab ku ngoceh. Perasaan ku yang tadinya kesal berubah menjadi sedih. Tanpa sadar aku telah berbicara panjang lebar tentang perasaan ku ke kak Adib kepada dua sahabat ku ini. Ya Tuhan, kenapa engkau tidak me-rem mulut ku ini?
                “Wira, kamu suka sama kak Adib?”, tanya Naira
                “Maaf teman-teman, aku nggak ada cerita sama kalian tentang ini”, jawab ku lemas
                “Wira Natalie Sanjaya!”, teriak Lea dan Naira kompak
                “Kan aku udah minta maaf tadi”, kata ku
                “Tapi kamu nggak jujur dari awal sama kita”, ujar Naira
    “ Kita kan bisa bantu kamu kalau kamu cerita sama kita”, ujar Lea
    “ Memangnya kamu pernah liat kita biarkan kamu gitu aja kalau lagi susah, iya?”oceh Naira
                “Kamu kenapa sih Ra? Ayolah kita ini sahabat kamu”, oceh Lea
                “Aku malu buat ungkapin sama kalian”, kata ku
                “Nggak perlu malu sama sahabat sendiri Ra”, ujar Naira
                “Iya aku cerita”, jawab ku
          (Flashback)
                Kisah itu bermula pada saat aku hendak mendaftarkan diri untuk masuk sekolah ke SMP. Saat berada di gerbang sekolah, aku melihat sosok seseorang dengan tubuh agak pendek dari ku, memakai tas dan jaket berwarna biru memarkir motor Beatnya yang berwarna hitam. Sosok yang membuat tubuh ku tidak dapat berpaling darinya. Dunia ku serasa berhenti berputar saat dia berjalan melewati ku. Pusing yang kurasakan tapi ku tetap tahan. Kenapa aku kampungan gini kalau lagi dekat cowo? Ah, lupakan! Dia berjalan tanpa melihat ku sedikit pun! Oh Tuhan, apakah dia buta sampai tidak menoleh kearah ku saat dia berjalan didepan ku? Dengan gerutu ku yang cukup panjang, aku sampai lupa bahwa dia telah berlalu cukup jauh dari hadapan ku. Mulai saat itu, aku bertekad, setelah aku masuk ke sekolah ini akan ku cari siapa dirinya. I’m promise!
    Pagi-pagi sekali aku sudah berada disekolah. Dengan satu tujuan sebenarnya. Ya, agar dapat melihat kakak kelas ku yang satu itu datang. Aku, Lea, dan Naira sudah tidak sabar menunggu kedatangannya. Saking lamanya aku sampai bosan. Karna bosan, ku putuskan untuk menghilang dari kedua sahabat ku yang sedikit stres itu. Baru beberapa langkah aku berjalan, aku hampir saja menabrak seseorang yang berada tepat didepan ku. Aku bingung, siapa sih pagi-pagi jalannya nggak liat-liat? Ternyata oh ternyata, inilah dia orang yang daritadi pagi ku tunggu-tunggu. Dengan sahabat ku tepatnya.
          
          “Hey Wira, maaf ya. Ada yang sakit?”, tanya kak Adib
                “Oh, hey ka....., eng.. nggak ada kok ka, hehe”, jawab ku gelabakan
                “Baguslah. Kakak ke kelas duluan ya de, bye”, katanya sambil berlalu
                Apa? Dia manggil aku “De”? Wow! It’s Amazing! Terima kasih Tuhan, aku tahu Engkau Maha Adil. Tapi tunggu dulu. Inikan sudah masukan! Sekuat tenaga aku berlari menuju kelas. Fiuh, untung saja aku tidak terlambat.
                “Hei Putri Tidur, darimana saja?”, tanya Naira dari belakang tempat duduk ku
                “Baru saja aku menyelesaikan tugas ku”, sahut ku penuh misterius


          To be continued...