KEHILANGAN - Part 8

June 29, 2013

                 From: TN Dhidil

                 Cepat ke MTQ atau nggak kamu bakal nyesel selama hidup mu!
                Ada apa lagi ini? Awalnya aku tidak menghiraukan pesan singkat dari Dhidil, tapi...
                “Ma, jalan duluu”, teriak ku sambil berlari menuju motor ku. Tak tahu jawaban apa yang diberikan oleh mama ku, tapi yang penting sekarang adalah aku harus buru-buru menyusul Dhidil.
                “Kamu ngapain disini?”, tanya ku pada Dhidil
                “Awalnya aku mau ngajak kamu latihan ngedance, tapi setelah kamu melihat yang satu ini, aku yakin kamu lebih memilih untuk memperhatiakn dia daripada memilih untuk latihan’, jelas Dhidil yang makin membuat ku bingung.
                Cepat-cepat datang kesini, hanya untuk mendengar penjelasannya yang sama sekali tidak  ku mengerti? Arrgh!!
                “De, mau liat jam keren nggak?”, tanya seseorang pada ku
                Suara itu? De? Jam? Seketika itu juga, dari yang tadinya aku duduk langsung berdiri dan berbalik. Dan saat itu juga...
                “Kak Adib?”, tanya ku terkejut
                “Iya, ade mau liat nggak?”, tanyanya sekali lagi
                “Mau ka”, jawab ku tanpa memalingkan wajah ku dari hadapannya
                “Nih”, katanya sambil melirik jam arloji yang diambilnya dari dalam sakunya.
                Seketika itu juga aku mengambil jam dari dalam saku ku.
                “Jam kita sama? Wah, couple dong”, katanya dengan tersenyum
                “Iya ka”, kata ku. Hanya kata itu yang dapat ku keluarkan dari mulut ku.
                Ternyata kedatangan ku kesini tidak sia-sia. Terima kasih Tuhan. Aku selalu percaya, dibalik kesakitan ku selalu ada obat yang menyembuhkannya.
“Dari mana saja sih Ra? Gladi kita diralat hanya karna kamu telat datang. Kamu kan pemeran utama, seharusnya kamu yang datang lebih awal”, oceh Lea panjang lebar.
                “Maaf Lea, tadi aku ada kepentingan sedikit dirumah. Ini aja aku sempat-sempatin buat gladi. Janji deh lain kali aku nggak terlambat lagi”, jelas ku
                Ya, hari ini aku GR buat perpisahan kakak kelas ku besok. Perpisahan! Itu tandanya ini saatnya aku untuk kehilangan sosok seseorang yang telah memberi warna dalam hidup ku. Walaupun dia hanya lulus dari sekolah ku, tetap saja aku tidak dapat melihatnya lagi tiap hari disekolah. Uhh, itukan rasanya nggak enak banget!
                “Ra, cepat masuk ini giliran mu!”, bisik Lea sedikit berteriak
                “I-iya”, sahut ku
                Setelah selesai GR aku mencari tempat untuk beristirahat. Setelah istirahat sebentar, akupun pulang. Sampai dirumah, aku mandi, kemudian aku ke kamar lalu mengunci pintu kamar ku. Aku telah melakukan berbagai macam pekerjaan hari ini.
Malam ini aku ingin berdiam diri dalam kamar. Berbagai peristiwa yang ku ingat kembali, dari suka, duka, gembira, kesal, bahagia, dan masih banyak yang lainnya. Ku pejamkan mata ku, dalam gelapnya malam aku ingin mendekatkan diri ku pada Tuhan. Meminta keheningan pada-Nya. Dengan perlahan mata ku terpejam. Saat itu juga, air mata ku, menetes!
                    “Setelah kita menyaksikan penampilan Seni Tari Tradisional dari ekstrakurikuler Tari, kini saatnya kita menyaksikan penampilan dari ekstrakurikuler Teater..!”, suara MC menggelegar diikuti tepuk tangan para tamu yang hadir didalam gedung.
                Ini saatnya aku memberi penampilan ku dengan semaksimal mungkin. Aku tak ingin dipandang jelek dimata banyak orang, terutama pada kak Adib. Satu per satu adegan ku lewatkan dengan rasa hati-hati, takut ada yang salah. Tiba saat adegan terakhir, hati ku merasa berdebar. Hingga ku dengar tepuk tangan para tamu memenuhi seisi gedung. Aku tak dapat melihat apa-apa. Mata ku kabur. Tapi tetap ku usahakan untuk bangkit, memberi hormat, dan kembali ke belakang panggung.
                “Keren banget Ra. Kak Adib aja dari awal sampai akhir berdiri cumu buat nonton kamu”, kata Naira
                “Beneran Nai?”, tanya ku penasaran
                “Sumpah”, jelas Naira
                Tuhan, jangan beri aku harapan yang tidak pasti!
“Peringkat ke-8? Wah, kamu meningkat Ra!”, kata Naira gembira
“Kamu juga Nai”, sahutku dengan senyuman
“Aku juga loh”, ujar Lea tak mau kalah
“Iyasudah”, kata ku dan Naira dengan wajah datar. Langsung saja wajah Lea manyun diikuti gelak tawa kami.
Sudah bisa nebak kan? Iya, hari ini bagi raport kenaikan kelas. Itu tandanya sekarang aku telah menjadi anak kelas dua SMP. Dan tandanya juga kak Adib sudah lulus dari sekolah menengah pertamanya. Aku hanya dapat mendoakan dari kejauhan ya kak, semoga kakak sukses. Apa yang kakak inginkan semoga cepat tercapai.
“Hey Ra! Ngelamun aja, mikirin apa tuh?”, tanya Lea
“Oh, nggak kok. Pulang yuks”, jawab ku
“Lebay lu”, kata Naira. Kami pun tertawa.


To be continued...

You Might Also Like

0 komentar

Saturday, June 29, 2013

KEHILANGAN - Part 8

                 From: TN Dhidil

                 Cepat ke MTQ atau nggak kamu bakal nyesel selama hidup mu!
                Ada apa lagi ini? Awalnya aku tidak menghiraukan pesan singkat dari Dhidil, tapi...
                “Ma, jalan duluu”, teriak ku sambil berlari menuju motor ku. Tak tahu jawaban apa yang diberikan oleh mama ku, tapi yang penting sekarang adalah aku harus buru-buru menyusul Dhidil.
                “Kamu ngapain disini?”, tanya ku pada Dhidil
                “Awalnya aku mau ngajak kamu latihan ngedance, tapi setelah kamu melihat yang satu ini, aku yakin kamu lebih memilih untuk memperhatiakn dia daripada memilih untuk latihan’, jelas Dhidil yang makin membuat ku bingung.
                Cepat-cepat datang kesini, hanya untuk mendengar penjelasannya yang sama sekali tidak  ku mengerti? Arrgh!!
                “De, mau liat jam keren nggak?”, tanya seseorang pada ku
                Suara itu? De? Jam? Seketika itu juga, dari yang tadinya aku duduk langsung berdiri dan berbalik. Dan saat itu juga...
                “Kak Adib?”, tanya ku terkejut
                “Iya, ade mau liat nggak?”, tanyanya sekali lagi
                “Mau ka”, jawab ku tanpa memalingkan wajah ku dari hadapannya
                “Nih”, katanya sambil melirik jam arloji yang diambilnya dari dalam sakunya.
                Seketika itu juga aku mengambil jam dari dalam saku ku.
                “Jam kita sama? Wah, couple dong”, katanya dengan tersenyum
                “Iya ka”, kata ku. Hanya kata itu yang dapat ku keluarkan dari mulut ku.
                Ternyata kedatangan ku kesini tidak sia-sia. Terima kasih Tuhan. Aku selalu percaya, dibalik kesakitan ku selalu ada obat yang menyembuhkannya.
“Dari mana saja sih Ra? Gladi kita diralat hanya karna kamu telat datang. Kamu kan pemeran utama, seharusnya kamu yang datang lebih awal”, oceh Lea panjang lebar.
                “Maaf Lea, tadi aku ada kepentingan sedikit dirumah. Ini aja aku sempat-sempatin buat gladi. Janji deh lain kali aku nggak terlambat lagi”, jelas ku
                Ya, hari ini aku GR buat perpisahan kakak kelas ku besok. Perpisahan! Itu tandanya ini saatnya aku untuk kehilangan sosok seseorang yang telah memberi warna dalam hidup ku. Walaupun dia hanya lulus dari sekolah ku, tetap saja aku tidak dapat melihatnya lagi tiap hari disekolah. Uhh, itukan rasanya nggak enak banget!
                “Ra, cepat masuk ini giliran mu!”, bisik Lea sedikit berteriak
                “I-iya”, sahut ku
                Setelah selesai GR aku mencari tempat untuk beristirahat. Setelah istirahat sebentar, akupun pulang. Sampai dirumah, aku mandi, kemudian aku ke kamar lalu mengunci pintu kamar ku. Aku telah melakukan berbagai macam pekerjaan hari ini.
Malam ini aku ingin berdiam diri dalam kamar. Berbagai peristiwa yang ku ingat kembali, dari suka, duka, gembira, kesal, bahagia, dan masih banyak yang lainnya. Ku pejamkan mata ku, dalam gelapnya malam aku ingin mendekatkan diri ku pada Tuhan. Meminta keheningan pada-Nya. Dengan perlahan mata ku terpejam. Saat itu juga, air mata ku, menetes!
                    “Setelah kita menyaksikan penampilan Seni Tari Tradisional dari ekstrakurikuler Tari, kini saatnya kita menyaksikan penampilan dari ekstrakurikuler Teater..!”, suara MC menggelegar diikuti tepuk tangan para tamu yang hadir didalam gedung.
                Ini saatnya aku memberi penampilan ku dengan semaksimal mungkin. Aku tak ingin dipandang jelek dimata banyak orang, terutama pada kak Adib. Satu per satu adegan ku lewatkan dengan rasa hati-hati, takut ada yang salah. Tiba saat adegan terakhir, hati ku merasa berdebar. Hingga ku dengar tepuk tangan para tamu memenuhi seisi gedung. Aku tak dapat melihat apa-apa. Mata ku kabur. Tapi tetap ku usahakan untuk bangkit, memberi hormat, dan kembali ke belakang panggung.
                “Keren banget Ra. Kak Adib aja dari awal sampai akhir berdiri cumu buat nonton kamu”, kata Naira
                “Beneran Nai?”, tanya ku penasaran
                “Sumpah”, jelas Naira
                Tuhan, jangan beri aku harapan yang tidak pasti!
“Peringkat ke-8? Wah, kamu meningkat Ra!”, kata Naira gembira
“Kamu juga Nai”, sahutku dengan senyuman
“Aku juga loh”, ujar Lea tak mau kalah
“Iyasudah”, kata ku dan Naira dengan wajah datar. Langsung saja wajah Lea manyun diikuti gelak tawa kami.
Sudah bisa nebak kan? Iya, hari ini bagi raport kenaikan kelas. Itu tandanya sekarang aku telah menjadi anak kelas dua SMP. Dan tandanya juga kak Adib sudah lulus dari sekolah menengah pertamanya. Aku hanya dapat mendoakan dari kejauhan ya kak, semoga kakak sukses. Apa yang kakak inginkan semoga cepat tercapai.
“Hey Ra! Ngelamun aja, mikirin apa tuh?”, tanya Lea
“Oh, nggak kok. Pulang yuks”, jawab ku
“Lebay lu”, kata Naira. Kami pun tertawa.


To be continued...

No comments:

Post a Comment