KAHILANGAN - Part 5

June 25, 2013

          Beberapa hari telah berlalu, aku masih tetap memikirkan kejadian saat dikantin itu. Tidak seperti biasanya. Sudah beberapa kali aku mencoba melupakannya tapi tetap saja tak bisa. Dan kebiasaan buruk ku saat ini adalah melamun. Perilaku ku yang seperti mungkin dapat dibaca oleh kedua sahabat ku. Dan saat itulah semua rahasia ku terungkap.
                     “Hei ngelamun aja”, sapa Naira

                “Iya nih, mikirin apa sih Ra?”, tanya Lea ingin tahu
                “Nggak mikir apa-apa kok”, jawab ku cuek
                “Nggak mungkin kamu nggak mikir apa-apa. Pasti mikirin kejadian dikantin itukan. Hayoo ngaku?!”, tanya Lea
                “Ya enggak lah”, jawab ku gelabakan
                “Yakin enggak? Kalo enggak trus kenapa pandangan kamu akhir-akhir ini ke kakak kelas itu?”, tanya Lea sambil menunjuk seseorang disebrang kami. Yap, itu dia kak Adib!
                “Apaan sih Le, ngapain juga mikirin kak Adib. Dia aja ndada mikirin aku. Percuma ajakan. Nanti yang didapat bukan dianya malah dapat sakit hatinya!”, jawab ku sedikit kesal.
                “Kamu nggak lagi kesal kan Ra?”, tanya Naira hati-hati
                “Iya aku kesal! Hampir setahun aku suka sama dia tapi apa yang aku dapat? Dianya begitu-gitu aja nggak ada perubahan sama aku. Siapa yang nggak kesal coba? Peka sedikit kenapa sih! Salah gitu ya suka sama kakak kelas? Dosa gitu ya minta perasaan kita dibalas sama kakak kelas?”, jawab ku ngoceh. Perasaan ku yang tadinya kesal berubah menjadi sedih. Tanpa sadar aku telah berbicara panjang lebar tentang perasaan ku ke kak Adib kepada dua sahabat ku ini. Ya Tuhan, kenapa engkau tidak me-rem mulut ku ini?
                “Wira, kamu suka sama kak Adib?”, tanya Naira
                “Maaf teman-teman, aku nggak ada cerita sama kalian tentang ini”, jawab ku lemas
                “Wira Natalie Sanjaya!”, teriak Lea dan Naira kompak
                “Kan aku udah minta maaf tadi”, kata ku
                “Tapi kamu nggak jujur dari awal sama kita”, ujar Naira
    “ Kita kan bisa bantu kamu kalau kamu cerita sama kita”, ujar Lea
    “ Memangnya kamu pernah liat kita biarkan kamu gitu aja kalau lagi susah, iya?”oceh Naira
                “Kamu kenapa sih Ra? Ayolah kita ini sahabat kamu”, oceh Lea
                “Aku malu buat ungkapin sama kalian”, kata ku
                “Nggak perlu malu sama sahabat sendiri Ra”, ujar Naira
                “Iya aku cerita”, jawab ku
          (Flashback)
                Kisah itu bermula pada saat aku hendak mendaftarkan diri untuk masuk sekolah ke SMP. Saat berada di gerbang sekolah, aku melihat sosok seseorang dengan tubuh agak pendek dari ku, memakai tas dan jaket berwarna biru memarkir motor Beatnya yang berwarna hitam. Sosok yang membuat tubuh ku tidak dapat berpaling darinya. Dunia ku serasa berhenti berputar saat dia berjalan melewati ku. Pusing yang kurasakan tapi ku tetap tahan. Kenapa aku kampungan gini kalau lagi dekat cowo? Ah, lupakan! Dia berjalan tanpa melihat ku sedikit pun! Oh Tuhan, apakah dia buta sampai tidak menoleh kearah ku saat dia berjalan didepan ku? Dengan gerutu ku yang cukup panjang, aku sampai lupa bahwa dia telah berlalu cukup jauh dari hadapan ku. Mulai saat itu, aku bertekad, setelah aku masuk ke sekolah ini akan ku cari siapa dirinya. I’m promise!
    Pagi-pagi sekali aku sudah berada disekolah. Dengan satu tujuan sebenarnya. Ya, agar dapat melihat kakak kelas ku yang satu itu datang. Aku, Lea, dan Naira sudah tidak sabar menunggu kedatangannya. Saking lamanya aku sampai bosan. Karna bosan, ku putuskan untuk menghilang dari kedua sahabat ku yang sedikit stres itu. Baru beberapa langkah aku berjalan, aku hampir saja menabrak seseorang yang berada tepat didepan ku. Aku bingung, siapa sih pagi-pagi jalannya nggak liat-liat? Ternyata oh ternyata, inilah dia orang yang daritadi pagi ku tunggu-tunggu. Dengan sahabat ku tepatnya.
          
          “Hey Wira, maaf ya. Ada yang sakit?”, tanya kak Adib
                “Oh, hey ka....., eng.. nggak ada kok ka, hehe”, jawab ku gelabakan
                “Baguslah. Kakak ke kelas duluan ya de, bye”, katanya sambil berlalu
                Apa? Dia manggil aku “De”? Wow! It’s Amazing! Terima kasih Tuhan, aku tahu Engkau Maha Adil. Tapi tunggu dulu. Inikan sudah masukan! Sekuat tenaga aku berlari menuju kelas. Fiuh, untung saja aku tidak terlambat.
                “Hei Putri Tidur, darimana saja?”, tanya Naira dari belakang tempat duduk ku
                “Baru saja aku menyelesaikan tugas ku”, sahut ku penuh misterius


          To be continued...

You Might Also Like

0 komentar

Tuesday, June 25, 2013

KAHILANGAN - Part 5

          Beberapa hari telah berlalu, aku masih tetap memikirkan kejadian saat dikantin itu. Tidak seperti biasanya. Sudah beberapa kali aku mencoba melupakannya tapi tetap saja tak bisa. Dan kebiasaan buruk ku saat ini adalah melamun. Perilaku ku yang seperti mungkin dapat dibaca oleh kedua sahabat ku. Dan saat itulah semua rahasia ku terungkap.
                     “Hei ngelamun aja”, sapa Naira
                “Iya nih, mikirin apa sih Ra?”, tanya Lea ingin tahu
                “Nggak mikir apa-apa kok”, jawab ku cuek
                “Nggak mungkin kamu nggak mikir apa-apa. Pasti mikirin kejadian dikantin itukan. Hayoo ngaku?!”, tanya Lea
                “Ya enggak lah”, jawab ku gelabakan
                “Yakin enggak? Kalo enggak trus kenapa pandangan kamu akhir-akhir ini ke kakak kelas itu?”, tanya Lea sambil menunjuk seseorang disebrang kami. Yap, itu dia kak Adib!
                “Apaan sih Le, ngapain juga mikirin kak Adib. Dia aja ndada mikirin aku. Percuma ajakan. Nanti yang didapat bukan dianya malah dapat sakit hatinya!”, jawab ku sedikit kesal.
                “Kamu nggak lagi kesal kan Ra?”, tanya Naira hati-hati
                “Iya aku kesal! Hampir setahun aku suka sama dia tapi apa yang aku dapat? Dianya begitu-gitu aja nggak ada perubahan sama aku. Siapa yang nggak kesal coba? Peka sedikit kenapa sih! Salah gitu ya suka sama kakak kelas? Dosa gitu ya minta perasaan kita dibalas sama kakak kelas?”, jawab ku ngoceh. Perasaan ku yang tadinya kesal berubah menjadi sedih. Tanpa sadar aku telah berbicara panjang lebar tentang perasaan ku ke kak Adib kepada dua sahabat ku ini. Ya Tuhan, kenapa engkau tidak me-rem mulut ku ini?
                “Wira, kamu suka sama kak Adib?”, tanya Naira
                “Maaf teman-teman, aku nggak ada cerita sama kalian tentang ini”, jawab ku lemas
                “Wira Natalie Sanjaya!”, teriak Lea dan Naira kompak
                “Kan aku udah minta maaf tadi”, kata ku
                “Tapi kamu nggak jujur dari awal sama kita”, ujar Naira
    “ Kita kan bisa bantu kamu kalau kamu cerita sama kita”, ujar Lea
    “ Memangnya kamu pernah liat kita biarkan kamu gitu aja kalau lagi susah, iya?”oceh Naira
                “Kamu kenapa sih Ra? Ayolah kita ini sahabat kamu”, oceh Lea
                “Aku malu buat ungkapin sama kalian”, kata ku
                “Nggak perlu malu sama sahabat sendiri Ra”, ujar Naira
                “Iya aku cerita”, jawab ku
          (Flashback)
                Kisah itu bermula pada saat aku hendak mendaftarkan diri untuk masuk sekolah ke SMP. Saat berada di gerbang sekolah, aku melihat sosok seseorang dengan tubuh agak pendek dari ku, memakai tas dan jaket berwarna biru memarkir motor Beatnya yang berwarna hitam. Sosok yang membuat tubuh ku tidak dapat berpaling darinya. Dunia ku serasa berhenti berputar saat dia berjalan melewati ku. Pusing yang kurasakan tapi ku tetap tahan. Kenapa aku kampungan gini kalau lagi dekat cowo? Ah, lupakan! Dia berjalan tanpa melihat ku sedikit pun! Oh Tuhan, apakah dia buta sampai tidak menoleh kearah ku saat dia berjalan didepan ku? Dengan gerutu ku yang cukup panjang, aku sampai lupa bahwa dia telah berlalu cukup jauh dari hadapan ku. Mulai saat itu, aku bertekad, setelah aku masuk ke sekolah ini akan ku cari siapa dirinya. I’m promise!
    Pagi-pagi sekali aku sudah berada disekolah. Dengan satu tujuan sebenarnya. Ya, agar dapat melihat kakak kelas ku yang satu itu datang. Aku, Lea, dan Naira sudah tidak sabar menunggu kedatangannya. Saking lamanya aku sampai bosan. Karna bosan, ku putuskan untuk menghilang dari kedua sahabat ku yang sedikit stres itu. Baru beberapa langkah aku berjalan, aku hampir saja menabrak seseorang yang berada tepat didepan ku. Aku bingung, siapa sih pagi-pagi jalannya nggak liat-liat? Ternyata oh ternyata, inilah dia orang yang daritadi pagi ku tunggu-tunggu. Dengan sahabat ku tepatnya.
          
          “Hey Wira, maaf ya. Ada yang sakit?”, tanya kak Adib
                “Oh, hey ka....., eng.. nggak ada kok ka, hehe”, jawab ku gelabakan
                “Baguslah. Kakak ke kelas duluan ya de, bye”, katanya sambil berlalu
                Apa? Dia manggil aku “De”? Wow! It’s Amazing! Terima kasih Tuhan, aku tahu Engkau Maha Adil. Tapi tunggu dulu. Inikan sudah masukan! Sekuat tenaga aku berlari menuju kelas. Fiuh, untung saja aku tidak terlambat.
                “Hei Putri Tidur, darimana saja?”, tanya Naira dari belakang tempat duduk ku
                “Baru saja aku menyelesaikan tugas ku”, sahut ku penuh misterius


          To be continued...

No comments:

Post a Comment