KEHILANGAN - Part 9

June 29, 2013

            Sebentar lagi pembagian raport untuk UTS semester 2. Cepat banget kan? Waktu semester 1, peringkat ku menurun akibat aku sering tidak turun sekolah. Itu dikarnakan aku sering sakit loh ya bukan karna aku bolos sekolah. Penyebabnya karna sesak nafas. Setelah diperiksa, ternyata lambung ku ada yang infeksi. Karna sering nggak makan, lebih tepatnya terlambat makan, saat pernafasan ku beradu dengan gas lambung ku, akibatnya aku bisa terkena sesak nafas kapan saja. Ada sedikit penyesalan sih, tapi tak apalah.

Oh iya, saat pertama kali aku sakit, kak Adib datang menjenguk aku ke rumah sakit loh. So sweet kan. Tapi tetap saja aku tidak bisa apa-apa, tangan ku saja diinfus. Biar begitu, aku tetap senang, ternyata kak Adib masih peduli dengan ku, hihi.
“Wira Natalie Sanjaya”, panggil wali kelas ku
Aku pun maju menuju meja guru dengan perasaan yang sedikit gugup. Rasa ingin sekali aku berbalik menuju meja ku, terus aku mati mendadak, kemudian hidup kembali, barulah ku ambil raport ku. Tapi aku yakin itu semua takkan terjadi!
Setelah aku menerima raport ku, dan ku buka. Disana terpampang tulisan yang membuat ku...
“Alhamdulillah. Ahaayy, hore-hore yes yes”, oceh ku tanpa punya rasa malu di depan kelas. Semua mata tertuju pada ku, seketika ku sadari aku telah melakukan kesalahan yang fatal.
“Ahahahahah”, gelak tawa teman sekelas ku pecah
“Sorry”, kata ku tanpa dosa. Kemudian aku berjalan menuju meja ku.
Peringkat ku kali ini menaik, yaitu peringkat ke-15! Horeee, walaupun hanya naik tiga peringkat sih ya, tapi nggak apa-apa lah. Itu kan juga usaha ku.
“Nanti malam nonton aku ya”, kata Vivi
“Iya Vi”, jawab ku.
Nanti malam rencananya aku dan sahabat-sahabat ku yang lain akan menonton Vivi lomba menari tradisional di Taman Promosi Arena Putri Petong, tapi aku lebih suka menyebutnya MTQ.
Saat malam tiba, aku memutuskan untuk menunggu Kiky dan Tasya di parkiran. Setelah mereka datang, kami pun berjalan-jalan sebentar untuk melihat pameran yang ada di sekeliling taman. Saat acara hendak dimulai..
“Hey cewe!”, kata seseorang
‘Hey Au, sama siapa?”, tanya ku
“Sama Alda nich”, jawabnya
“Alay lu”, sahut ku mengoloknya
Ya, malam ini hanya kami berlima yang menonton Vivi. Tak apalah, disini kan rame, bukan kaya kuburan. Setelah asyik menonton, kami pun bubar menuju belakang panggung, mendatangi Vivi. Tidak lama handphone ku bergetar
            From: Kak Adi Cahyo S
                Ade
             To: Kak Adi Cahyo S
                Iya kakak
             Obrolan kami yang panjang lebar membuat kami menjadi seru satu sama lain. Berbagai topik telah kami bicarakan. Ya, akhir-akhir ini aku telah dekat dengan kak Adi, mantan kekasih Naira. Tapi jangan salah paham dulu, aku memang sudah dekat mulai kelas 7. Saat UN, aku yang mencoba menyemangati kak Adi untuk tetap belajar santai dan tidak tegang. Diantara kedua sahabatku, kata kak Adi, hanya aku yang begitu padanya. Setelah dia selesai ujian, dia berterimah kasih pada ku karna telah membuatnya tenang dan santai saat menjalani ujian. Sama-sama kakak.
                “Aku pulang duluan ya”, kata ku pada teman ku
                “Iya”, jawabnya
                 To: Kak Adi Cahyo S
                    Wira diluar ka
                 From: Kak Adi Cahyo S
                    Iya sebentar
                 Tak lama kemudian kak Adi pun keluar dari rumahnya. Belum sempat dia berbicara atau sekedar menyapa ku, aku telah memotong omongannya terlebih dahulu.
                “Minta minum nah kak, hausss”, kata ku dengan nada memelas yang dibuat-buat
                “Oh jadi kesini cuma buat minta minum, gitu?”, tanyanya dengan wajah geli
                “Nggak juga sih, tadi jalan nggak bawa uang jadi nggak bisa beli minum. Cepat nah kak ambilin, hehe”, jawab ku
                “Iya-iya bentar, duduk dulu sana”, katanya
                Tidak perlu menunggu lama. Kak Adi bukan orang Indonesia yang mempunyai prinsip jam karet kok, hahaha.
                “Nih”, katanya sambil menyodorkan segelas air putih
                “Makasih”, jawab ku.
                Dengan cepat air dalam gelas tersebut ku habiskan.
                “Haus banget kayanya”, katanya sambil melihat ku dengan tatapan ingin tertawa tapi ditahan
                “Haha tau aja”, jawab ku malu-malu
                “Wkwkwk dasar memang ade ini!”, ucapnya dengan tawa yang bebas
                Setelah selesai minum, kami berbicara panjang lebar tentang diri masing-masing. Aku bercertia tentang peringkat ku yang naik, dan dia bercerita tentang nilainya yang katanya banyak nggak tuntas. Dan jumlahnya sangat luar biasa. Ada enam! Wuiihh, banyak amet bang. Perbincangan kami membuat ku sampai lupa waktu untuk pulang kerumah. Padahal tadi janjinya nggak malam-malam banget pulangnya.
                Just a fraction of your love fills the air. And I fall in love with you, all over again, oooh. You’re the light that feeds the sun, in my world. I’d face a thousand years of pain, for my boy.
                Nada dering handphone ku berbunyi, dan...
                “Sudah jam berapa ini?”, tanya seseorang disebrang sana.
                “Iya, ini sudah mau pulang”, jawab ku sambil memutuskan sambungan.
                Ya, ayah ku telah menyuruh ku pulang. Mau tak mau obrolan ku dengan abang ku satu ini harus terhenti. Tak apalah masih ada hari lain, kata ku dalam hati.
                “Pulang dulu ya kak”, kata ku
                “Iya, bilang apa?”, tanya kak Adi dengan wajah misteriusnya
                “Makasih kakak minumnya. Assalamu’alaikum”, jawab ku
                “Sama-sama, walaikumsalam. Langsung pulang ya de, jangan singgah-singgah lagi!”, katanya lagi dan lagi
                “Iya kakak”, sahut ku dengan wajah menahan sedikit amarah. Memangnya aku anak kecil yang baru bisa naik motor apa!


                To be continued...

You Might Also Like

0 komentar

Saturday, June 29, 2013

KEHILANGAN - Part 9

            Sebentar lagi pembagian raport untuk UTS semester 2. Cepat banget kan? Waktu semester 1, peringkat ku menurun akibat aku sering tidak turun sekolah. Itu dikarnakan aku sering sakit loh ya bukan karna aku bolos sekolah. Penyebabnya karna sesak nafas. Setelah diperiksa, ternyata lambung ku ada yang infeksi. Karna sering nggak makan, lebih tepatnya terlambat makan, saat pernafasan ku beradu dengan gas lambung ku, akibatnya aku bisa terkena sesak nafas kapan saja. Ada sedikit penyesalan sih, tapi tak apalah.
Oh iya, saat pertama kali aku sakit, kak Adib datang menjenguk aku ke rumah sakit loh. So sweet kan. Tapi tetap saja aku tidak bisa apa-apa, tangan ku saja diinfus. Biar begitu, aku tetap senang, ternyata kak Adib masih peduli dengan ku, hihi.
“Wira Natalie Sanjaya”, panggil wali kelas ku
Aku pun maju menuju meja guru dengan perasaan yang sedikit gugup. Rasa ingin sekali aku berbalik menuju meja ku, terus aku mati mendadak, kemudian hidup kembali, barulah ku ambil raport ku. Tapi aku yakin itu semua takkan terjadi!
Setelah aku menerima raport ku, dan ku buka. Disana terpampang tulisan yang membuat ku...
“Alhamdulillah. Ahaayy, hore-hore yes yes”, oceh ku tanpa punya rasa malu di depan kelas. Semua mata tertuju pada ku, seketika ku sadari aku telah melakukan kesalahan yang fatal.
“Ahahahahah”, gelak tawa teman sekelas ku pecah
“Sorry”, kata ku tanpa dosa. Kemudian aku berjalan menuju meja ku.
Peringkat ku kali ini menaik, yaitu peringkat ke-15! Horeee, walaupun hanya naik tiga peringkat sih ya, tapi nggak apa-apa lah. Itu kan juga usaha ku.
“Nanti malam nonton aku ya”, kata Vivi
“Iya Vi”, jawab ku.
Nanti malam rencananya aku dan sahabat-sahabat ku yang lain akan menonton Vivi lomba menari tradisional di Taman Promosi Arena Putri Petong, tapi aku lebih suka menyebutnya MTQ.
Saat malam tiba, aku memutuskan untuk menunggu Kiky dan Tasya di parkiran. Setelah mereka datang, kami pun berjalan-jalan sebentar untuk melihat pameran yang ada di sekeliling taman. Saat acara hendak dimulai..
“Hey cewe!”, kata seseorang
‘Hey Au, sama siapa?”, tanya ku
“Sama Alda nich”, jawabnya
“Alay lu”, sahut ku mengoloknya
Ya, malam ini hanya kami berlima yang menonton Vivi. Tak apalah, disini kan rame, bukan kaya kuburan. Setelah asyik menonton, kami pun bubar menuju belakang panggung, mendatangi Vivi. Tidak lama handphone ku bergetar
            From: Kak Adi Cahyo S
                Ade
             To: Kak Adi Cahyo S
                Iya kakak
             Obrolan kami yang panjang lebar membuat kami menjadi seru satu sama lain. Berbagai topik telah kami bicarakan. Ya, akhir-akhir ini aku telah dekat dengan kak Adi, mantan kekasih Naira. Tapi jangan salah paham dulu, aku memang sudah dekat mulai kelas 7. Saat UN, aku yang mencoba menyemangati kak Adi untuk tetap belajar santai dan tidak tegang. Diantara kedua sahabatku, kata kak Adi, hanya aku yang begitu padanya. Setelah dia selesai ujian, dia berterimah kasih pada ku karna telah membuatnya tenang dan santai saat menjalani ujian. Sama-sama kakak.
                “Aku pulang duluan ya”, kata ku pada teman ku
                “Iya”, jawabnya
                 To: Kak Adi Cahyo S
                    Wira diluar ka
                 From: Kak Adi Cahyo S
                    Iya sebentar
                 Tak lama kemudian kak Adi pun keluar dari rumahnya. Belum sempat dia berbicara atau sekedar menyapa ku, aku telah memotong omongannya terlebih dahulu.
                “Minta minum nah kak, hausss”, kata ku dengan nada memelas yang dibuat-buat
                “Oh jadi kesini cuma buat minta minum, gitu?”, tanyanya dengan wajah geli
                “Nggak juga sih, tadi jalan nggak bawa uang jadi nggak bisa beli minum. Cepat nah kak ambilin, hehe”, jawab ku
                “Iya-iya bentar, duduk dulu sana”, katanya
                Tidak perlu menunggu lama. Kak Adi bukan orang Indonesia yang mempunyai prinsip jam karet kok, hahaha.
                “Nih”, katanya sambil menyodorkan segelas air putih
                “Makasih”, jawab ku.
                Dengan cepat air dalam gelas tersebut ku habiskan.
                “Haus banget kayanya”, katanya sambil melihat ku dengan tatapan ingin tertawa tapi ditahan
                “Haha tau aja”, jawab ku malu-malu
                “Wkwkwk dasar memang ade ini!”, ucapnya dengan tawa yang bebas
                Setelah selesai minum, kami berbicara panjang lebar tentang diri masing-masing. Aku bercertia tentang peringkat ku yang naik, dan dia bercerita tentang nilainya yang katanya banyak nggak tuntas. Dan jumlahnya sangat luar biasa. Ada enam! Wuiihh, banyak amet bang. Perbincangan kami membuat ku sampai lupa waktu untuk pulang kerumah. Padahal tadi janjinya nggak malam-malam banget pulangnya.
                Just a fraction of your love fills the air. And I fall in love with you, all over again, oooh. You’re the light that feeds the sun, in my world. I’d face a thousand years of pain, for my boy.
                Nada dering handphone ku berbunyi, dan...
                “Sudah jam berapa ini?”, tanya seseorang disebrang sana.
                “Iya, ini sudah mau pulang”, jawab ku sambil memutuskan sambungan.
                Ya, ayah ku telah menyuruh ku pulang. Mau tak mau obrolan ku dengan abang ku satu ini harus terhenti. Tak apalah masih ada hari lain, kata ku dalam hati.
                “Pulang dulu ya kak”, kata ku
                “Iya, bilang apa?”, tanya kak Adi dengan wajah misteriusnya
                “Makasih kakak minumnya. Assalamu’alaikum”, jawab ku
                “Sama-sama, walaikumsalam. Langsung pulang ya de, jangan singgah-singgah lagi!”, katanya lagi dan lagi
                “Iya kakak”, sahut ku dengan wajah menahan sedikit amarah. Memangnya aku anak kecil yang baru bisa naik motor apa!


                To be continued...

No comments:

Post a Comment