KEHILANGAN - Part 12

July 09, 2013

     “Gimana? Masih senang dipeluk sama romeonya?”, tanya kak Adi

“Kok kakak bisa...”
“Ya bisa lah de, tadikan kakak lihat langsung proses Adib nembak ade”, katanya tertawa.
“Apaan sih kak!”, jawab ku
“Alaah, nggak usah malu-malu cicak begitu”, katanya lagi
“Kucing kakaakk!”, sahut ku
“Iya-iya kucing”, sahutnya lagi.
Ku akui, sampai sekarang aku masih belum percaya kak Adib bicara seperti tadi dengan ku. Dan parahnya lagi, kak Adi tahu bagaimana kejadiannya! Ihh, itukan malu-maluin. Awas aja sampai dia ngadu ke mama. Habislah awak!
“Pagi Wiraaaaaa...”, teriak Lea dan Naira mereka setelah memasuki ruang VIP tempat aku terbaring.
“Pagi...girang banget neng. Ada apa nih?”, tanya ku
“Halaah, pura-pura nggak tahu lagi. Udah ngaku aja, kemaren kamu jadian kan sama kak Adib? Ayoo ngaku!”, tanya Naira
“Kalo nggak ngaku, ini bisa melayang loh”, jelas Lea sambil mengangkat vas bunga yang terletak diatas meja.
“Leeaaaaa!!!”, teriak ku bersama Naira
“Kembalikan!”, bentak ku
‘Iya-iya. Lagi sakit juga sempat-sempatnya marah”, kata Lea
“Apa kamu bilang?”, tanya ku
“Nggak kok, hehe”, jawabnya
“Cuma bertiga aja ributnya sampai luar loh”, kata kak Adi
Ya, pagi ini aku ditemanin oleh tiga orang yang membuat ku dapat tertawa lepas. Siapa lagi kalau bukan Naira, Lea dan kak Adi. Tapi, seorang lagi yang tidak ada. Tak apalah.
“Ra, jangan bilang...”, kata Lea
“Hihi, iya. Kak Adi sudah menemani ku lama disini. Jadi jangan heran ya”, jelas ku pada Lea dan Naira.
“Jadi, apa yang mau kita lakukan sekarang?”, tanya kak Adi jahil
Pembicaraan pun kamu mulai. Topik pertama yang kami mulai adalah tentang sekolah. Iya, aku rindu dengan sekolah, karna itu aku meminta Lea dan Naira menceritakan tentang sekolahan. Tidak hanya itu, kami berempat juga bercerita tentang yang lain loh, hihi!
“Pulang dulu ya kak, nanti kesini lagi kok”, kata Lea sambil bangkit dari tempat duduknya.
“Wiranya nggak usah dibangunin ka, kasian dia. Mungkin dia kelelahan”, kata Naira
“Salam aja kak”, kata Lea kembali
“Iya, nanti kalau Wira sudah bangun kakak sampaikan salam kalian”, kata kak Adi
Samar-samar ku lihat bayang seorang berada di samping ku. Kak Adi. Abang ku yang satu ini masih tetap setia menjagai ku. Kasihan dia. Saat aku bangun, aku memutuskan untuk mandi sore. Saat aku keluar dari kamar mandi, ku dapati kak Adi tidak sendirian. Dia bersama seseorang yang sangat ku kenali.
“Ciee, ada yang dijemput sama romeonya”, kata kak Adi
“Apaan sih ka”, jawab ku manyun
“Kakak udah lama disini”, tanya ku pada kak Adib
“Nggak juga de, baru aja datang”, jawabnya
“Kakak pulang dulu ya de. Ada yang mau kakak ambil. Nanti balik kesini lagi kok”, kata kak Adi
“Oh iya ka, makasih ya kak. Hati-hati dijalan”, pesan ku
“Tenang aja. Dib, jaga ade gue ya”, pesan kak Adi pada kak Adib
“Oke bro”, jawabnya.                   
Setelah kak Adi berlalu untuk pulang, sekarang diruang kamar rawat ku hanya ada aku dan kak Adib. Setelah hening sejenak, akhirnya kak Adib memulai pembicaraan lebih awal.
“De”, panggilnya
“Iya kak?”, sahut ku
“Kakak mau mengajak ade ke suatu tempat malam ini. Ade bisa ikut kakak kan?”, tanyanya
“Emm...iya kak. Asalkan kakak nggak malu aja jalan sama Wira”, jawab ku
“Malah kakak senang  bisa jalan sama bidadari kakak”, gombalnya“Dasar cowok”, sahut ku malu-malu

You Might Also Like

0 komentar

Tuesday, July 9, 2013

KEHILANGAN - Part 12

     “Gimana? Masih senang dipeluk sama romeonya?”, tanya kak Adi
“Kok kakak bisa...”
“Ya bisa lah de, tadikan kakak lihat langsung proses Adib nembak ade”, katanya tertawa.
“Apaan sih kak!”, jawab ku
“Alaah, nggak usah malu-malu cicak begitu”, katanya lagi
“Kucing kakaakk!”, sahut ku
“Iya-iya kucing”, sahutnya lagi.
Ku akui, sampai sekarang aku masih belum percaya kak Adib bicara seperti tadi dengan ku. Dan parahnya lagi, kak Adi tahu bagaimana kejadiannya! Ihh, itukan malu-maluin. Awas aja sampai dia ngadu ke mama. Habislah awak!
“Pagi Wiraaaaaa...”, teriak Lea dan Naira mereka setelah memasuki ruang VIP tempat aku terbaring.
“Pagi...girang banget neng. Ada apa nih?”, tanya ku
“Halaah, pura-pura nggak tahu lagi. Udah ngaku aja, kemaren kamu jadian kan sama kak Adib? Ayoo ngaku!”, tanya Naira
“Kalo nggak ngaku, ini bisa melayang loh”, jelas Lea sambil mengangkat vas bunga yang terletak diatas meja.
“Leeaaaaa!!!”, teriak ku bersama Naira
“Kembalikan!”, bentak ku
‘Iya-iya. Lagi sakit juga sempat-sempatnya marah”, kata Lea
“Apa kamu bilang?”, tanya ku
“Nggak kok, hehe”, jawabnya
“Cuma bertiga aja ributnya sampai luar loh”, kata kak Adi
Ya, pagi ini aku ditemanin oleh tiga orang yang membuat ku dapat tertawa lepas. Siapa lagi kalau bukan Naira, Lea dan kak Adi. Tapi, seorang lagi yang tidak ada. Tak apalah.
“Ra, jangan bilang...”, kata Lea
“Hihi, iya. Kak Adi sudah menemani ku lama disini. Jadi jangan heran ya”, jelas ku pada Lea dan Naira.
“Jadi, apa yang mau kita lakukan sekarang?”, tanya kak Adi jahil
Pembicaraan pun kamu mulai. Topik pertama yang kami mulai adalah tentang sekolah. Iya, aku rindu dengan sekolah, karna itu aku meminta Lea dan Naira menceritakan tentang sekolahan. Tidak hanya itu, kami berempat juga bercerita tentang yang lain loh, hihi!
“Pulang dulu ya kak, nanti kesini lagi kok”, kata Lea sambil bangkit dari tempat duduknya.
“Wiranya nggak usah dibangunin ka, kasian dia. Mungkin dia kelelahan”, kata Naira
“Salam aja kak”, kata Lea kembali
“Iya, nanti kalau Wira sudah bangun kakak sampaikan salam kalian”, kata kak Adi
Samar-samar ku lihat bayang seorang berada di samping ku. Kak Adi. Abang ku yang satu ini masih tetap setia menjagai ku. Kasihan dia. Saat aku bangun, aku memutuskan untuk mandi sore. Saat aku keluar dari kamar mandi, ku dapati kak Adi tidak sendirian. Dia bersama seseorang yang sangat ku kenali.
“Ciee, ada yang dijemput sama romeonya”, kata kak Adi
“Apaan sih ka”, jawab ku manyun
“Kakak udah lama disini”, tanya ku pada kak Adib
“Nggak juga de, baru aja datang”, jawabnya
“Kakak pulang dulu ya de. Ada yang mau kakak ambil. Nanti balik kesini lagi kok”, kata kak Adi
“Oh iya ka, makasih ya kak. Hati-hati dijalan”, pesan ku
“Tenang aja. Dib, jaga ade gue ya”, pesan kak Adi pada kak Adib
“Oke bro”, jawabnya.                   
Setelah kak Adi berlalu untuk pulang, sekarang diruang kamar rawat ku hanya ada aku dan kak Adib. Setelah hening sejenak, akhirnya kak Adib memulai pembicaraan lebih awal.
“De”, panggilnya
“Iya kak?”, sahut ku
“Kakak mau mengajak ade ke suatu tempat malam ini. Ade bisa ikut kakak kan?”, tanyanya
“Emm...iya kak. Asalkan kakak nggak malu aja jalan sama Wira”, jawab ku
“Malah kakak senang  bisa jalan sama bidadari kakak”, gombalnya“Dasar cowok”, sahut ku malu-malu

No comments:

Post a Comment